Kalbar Fokuskan Pengembangan Kopi Jenis Liberika

TROPIS.CO, PONTIANAK – Pemerintah Daerah Kalimantan Barat (Kalbar)  kini akan  lebih fokus mengembangkan jenis kopi liberika sebagai salah satu potensi yang diyakini mampu mempercepat  peningkatan pendapatan masyararakat di sekitar dan di dalam kawasan  hutan yang tergabung dalam kelompok Perhutanan  Sosial.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalimantan Barat, Adi Yani,  mengatakan  bahwa  jenis kopi  liberika, merupakan   tanaman lokal  yang memang sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat. Dan untuk kini dan ke depan, pusat pengembangan  jenis kopi Liberika lebih diarahkan pada  kabupaten Sambas, Ketapang,  Kayong dan Kapuas Hulu.

Menjelang akhir  tahun 2020, luas tanaman kopi, Robusta dan Libirika  di Kalimantan Barat, sudah  mendekati 12.000 hektar.  Hampir keseluruhan  dikembangkan  oleh masyarakat secara swadana, dalam bendera  perkebunan rakyat. Kendati sebarannya ada di hampir semua kabupaten,  namun  yang cukup dominan ada di  Kubu Raya, Sambas, dan Ketapang, dalam kisaran  luas  1.066Ha  hingga  5.382Ha.

Dipertegas  oleh Adi Yani, agar strategi pengembangannya  lebih optimal, maka pendekatan pengembangan melalui pendekatan Perhutan Sosial.  Di Kalimantan Barat kini ada sekitar 141 Lembaga Desa Pengelola Hutan, 29 Kelompok Tani Hutan, dan 4 koperasi Pengelola Hutan Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan.

Selain itu ada juga 20 Masyarakat Hukum Adat sebagai pengelola hutan adat. Dan 3 kelompok tani hutan kemitraan konservasi. “Dan yang terakhir ini berada di bawah binaan Taman Nasional Betung kerihun dan Danau Sentarum,”katanya lagi.

Pengembangan usaha pada areal perhutanan sosial tersebut dilakukan melalui pembentukan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUP) yang berjumlah 499 KUPS dari 177 pemegang akses Kelola perhutanan sosial.

Pada saat ini luas perkebunan kopi rakyat di sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat mendekati 12 ribu hektar. Sayangnya,  produktivitasnya  rata rata masih di bawah 1 ton. Sehingga menuntut adanya penatakelolaan  yang lebih intensif agar produktivitas bisa  lebih tinggi

Komoditas yang dominan dikembangkan pada areal perhutanan sosial di Kalimantan Barat adalah jenis Hasil Hutan Bukan Kayu berupa madu baik madu lebah maupun madu kelulut, gula kelapa, produk anyaman dari rotan maupun pandan, tenunan dan Kopi agroforestry baik dari jenis Robusta maupun Liberika.

Selain itu dikembangkan pula kerajinan dari limbah kayu Ulin. Selain juga, dibeberapa lokasi, juga dikembangkan  produk turunan dari tengkawang berupa butter. Dari sektor jasa lingkungan, sebagian besar berupa  ekowisata dan pemanfaatan air bersih untuk  air minum dan PLTMH.

Kalimantan Barat tercatat  sebagai provinsi yang memiliki luasan  tanaman  kopi yang sangat signifikan.  Luasanya,  kini  mendekati 12.000  hektar berupa perkebunan rakyat.

Tanaman kopi di Kalimantan Barat pada tahun 2019 berada dalam luasan 11.827Ha dan meningkat di tahun 2020 menjadi seluas 11.904Ha (naik 0,65%) yang keseluruhan dikelola dalam pola Perkebunan Rakyat dan hampir mencakup semua Kabupaten, dengan luas areal perkebunan kopi kelompok terbesar berada di Kabupaten Kubu Raya, Sambas, dan Ketapang, yaitu seluas 1.066Ha – 5.382Ha.

Kelompok besar kedua adalah Kabupaten Landak, Kayong Utara, Mempawah, Bengkayang, dan Sintang yaitu seluas 368Ha – 897Ha. Produksi kopi di Kalimantan Barat sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun dan masih dikelola secara tradisional dan berskala home industry yang dalam skala global pemasarannya masih terbatas ditingkat daerah Kabupaten dan Provinsi saja.

Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat saat ini sedang tumbuh pesat usaha warung kopi maupun coffee shop. Saat ini, umumnya jenis biji kopi yang hadir di warung kopi maupun coffee shop, yaitu robusta dan arabika dalam bentuk biji maupun bubuk. Hal ini menjadi peluang besar bagi petani kopi yang ada di Kalimantan Barat.

Nah, petani dapat hadir memberikan kekhasan dari kopi yang diproduksinya. Meningkatnya permintaan ini harus diseimbangkan dengan kapasitas produksi kopi itu sendiri serta bagaimana mengembangkan produksi kopi lokal yang lebih menjanjikan dibandingkan membeli dari luar Kalimantan Barat.

Selain itu, tingginya permintaan ini juga harus diimbangi dengan pengelolaan perkebunan kopi yang berkelanjutan sehingga lingkungan atau kawasan di mana perkebunan tersebut tetap terjaga. Diperlukan adanya penyelarasaan antara produksi, ekonomi hingga ekologi di perkebunan kopi tersebut berada.

Potensi luas dan tingginya produksi kopi ini juga disesuaikan dengan rantai pasok (supply chain) komoditas kopi ini sendiri. Diperlukan strategi dalam mengelola supply chain komoditas kopi ini. Supply chain komoditas kopi ini merupakan rangkaian panjang yang melibatkan berbagai proses, baik dari pengolahan lahan, penanaman, pengeringan, pemasaran di tingkat lokal maupun nasional, hingga sampai berada di tangan konsumen.

Setiap elemen dalam supply chain harus kuat sehingga pengelolaannya dapat efesien dan tepat sasaran. Supply chain menjadi salah satu inti dalam proses pemasaran komoditas kopi.

Peluang produksi dan pemasaran kopi di Kalimantan Barat sangat besar. Ini dapat menjadi peluang mata pencaharian alternatip bagi masyarakat dan mempromosikan pengelolaan Perkebunan Rakyat yang berkelanjutan. Oleh karena itu diperlukan kajian analisa supply chain komoditas kopi di Kalimantan Barat

Saat ini rata-rata produktivitas kopi yang dihasilkan dari 90% petani kopi perkebunan rakyat baru menghasilkan sekitar 700 Kg/ Ha.tahun, sedangkan Vietnam telah mampu menghasilkan 1.200 Kg/Ha.tahun.

Berdasarkan data luas, produksi, dan petani komoditi kopi tahun 2019 di Kalimantan Barat, produksi kopi di Kalimantan Barat yang terdiri dari jenis kopi Robusta dan Liberika adalah 3.802 ton dengan nilai produktivitas rata-rata 559 Kg/Ha.tahun yang dihasilkan dari 20.688 KK petani kopi.