PLTS Atap Kaya Potensi Investasi dan Bauran Energi

Pemasangan PLTS Atap ini secara teknis dapat mengurangi biaya tagihan listrik bulanan sekitar 30 persen dari pemakaian listrik PLN. Foto: Rumah123.com
Pemasangan PLTS Atap ini secara teknis dapat mengurangi biaya tagihan listrik bulanan sekitar 30 persen dari pemakaian listrik PLN. Foto: Rumah123.com

TROPIS.CO, JAKARTA – Kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan energi terbarukan semakin meningkat seiring banyak dijumpainya produk penghasil energi bersih di pasaran, salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Di samping teknologinya relatif mudah diimplementasikan di segala area, biaya instalasi terus menurun dan kian ekonomis.

Tak salah, dalam beberapa tahun belakangan minat pasar terhadap PLTS Atap mengalami lonjakan pesat.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan, PLTS Atap didorong untuk mengakselerasi target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen di 2025, pertumbuhannya massif, terlihat dari kapasitas terpasang saat ini.

“Per Januari 2021 sudah ada 3.152 pelanggan dengan total kapasitas terpasang mencapai 22,632 Mega Watt peak (MWp),” kata Dadan di Jakarta, Kamis (15/4/2021).

Pemasangan terbesar dilakukan oleh PT Coca Cola di Cikarang, Jawa Barat, yakni 7,2 MWp.

Instalasi ini bahkan terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Selanjutnya ada PLTS Atap Danone Aqua di Klaten (3 MWp), PLTS Atap Refinery unit (3,36 MWp), PLTS Atap Sei Mangkei (2 MWp), PLTS Atap KESDM (859 kWp), PLTS Atap Angkasa Pura II (241 kWp) dan PLTS Atap SPBU Pertamina (52 kWp).

“Perhitungan ini belum termasuk pelanggan rumah tangga yang trennya makin naik. Makanya, kami optimis terhadap peluang tenaga surya ini,” ungkap Dadan.

Dia optimistis laju penambahan konsumsi PLTS Atap mampu menekan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 3,2 juta ton CO2e.

Upaya ini dibarengi dengan terwujudnya target penambangan kapasitas terpasang hingga 2,14 Giga Watt (GW) di 2030 mendatang.

Rinciannya dengan menyasar ke bangunan dan fasilitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar 742 MW, industri dan bisnis (624,2 MW), rumah tangga (648,7 MW), pelanggan PLN dan kelompok sosial (68,8 MW) serta gedung pemerintah (42,9 MW).

“Kami tengah selaraskan regulasi melalui Peraturan Presiden mengenai tarif listrik EBT dan revisi Permen ESDM agar orang lebih tertarik investasi. Khusus PLTS Atap, insyaallah tahun ini kami targetkan 70 MW dari realisasi tahun 2020 sebesar 13,4 MW,” tutur Dadan.

Baca juga: PLTS Opsi Terbaik untuk Percepatan Bauran Energi dan Rasio Elektrifikasi