Bendungan Sukamahi Pengendali Banjir Jakarta Sekaligus Taman Ekowisata

Pembangunan Bendungan Sukamahi sudah direncanakan sejak tahun 1990-an dan mulai dibangun tahun 2017 dengan progres konstruksi hingga 9 April 2021 mencapai 71,21 persen. Foto: Kementerian PUPR
Pembangunan Bendungan Sukamahi sudah direncanakan sejak tahun 1990-an dan mulai dibangun tahun 2017 dengan progres konstruksi hingga 9 April 2021 mencapai 71,21 persen. Foto: Kementerian PUPR

TROPIS.CO, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mengembangkan konsep Ecotourism Park atau Taman Ekowisata dengan memanfaatkan kawasan konservasi pada Bendungan Sukamahi, di Kabupaten Bogor.

Pembangunan bendungan nantinya tidak hanya sebagai bagian dari rencana induk (master plan) pengendalian banjir Ibu Kota Jakarta, tetapi juga pengembangan ekowisata kawasan Puncak Bogor dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan mengedepankan perlindungan ekosistem.

“Tujuan utama konsep ini adalah mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara yang berkelanjutan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan persnya, Rabu (14/4/2021).

Konsep Taman Ekowisata Bendungan Sukamahi akan memanfaatkan kawasan terpadu pada bendungan itu sendiri seperti konservasi alam pada area sabuk hijau atau greenbelt dikembangkan menjadi forest conservation park atau hutan konservasi yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan tumbuhan khas setempat, seperti pohon suren dan damar.

Pada kawasan ini juga akan dilengkapi fasilitas garden in the forest, trail atau track, rest area, dek wisata, toilet, signage dan pusat informasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata, seperti outdoor recreation, bushwalking, jogging, cycling, horse riding, bird watching, dan sebagainya.

Pengembangan ekowisata Bendungan Sukamahi akan memanfaatkan badan air bendungan menjadi natural river valley basin.

Bendungan Sukamahi berfungsi sebagai pengendali banjir dengan menerapkan konsep bendungan kering atau dry dam, sehingga pada saat awal musim hujan, elevasi muka air waduk diatur berada pada elevasi yang rendah/kosong dan saat terjadi hujan debit air dapat diteruskan langsung ke hilir.

Manfaat bendungan kering dapat dikembangkan menjadi area penampungan air pada saat hujan dan area lansekap pada saat kering.

Lansekap yang dikembangkan dapat berupa tanaman yang memiliki toleransi terhadap genangan dan mampu self generated atau trubus misalnya tanaman Datura.

Untuk kawasan konservasi pada aliran Sungai Ciliwung dari bagian hulu Bendungan Sukamahi hingga hilir dikembangkan menjadi natural creek.

Area genangan atau pasang surut bagian hulu Sungai Ciliwung dengan pemandangan ekosistem alami sungai dapat sebagai wisata river valley.

Selanjutnya aliran sungai anak Ciliwung berupa hutan lansekap pada bantaran sungai dapat manfaatkan untuk kegiatan wisata susur sungai.

Baca juga: 2.496 Hektare Sabuk Hijau Bendungan Tukul Ditanami Pohon Buah