Prioritaskan Antibodi Ketimbang Panik Masker dan Hand Sanitizer Hilang di Pasaran

Dr Sri Nurdiati menyatakan, kita mesti lebih fokus ke dalam tubuh dengan menyakinkan bahwa stok antibodi cukup dengan mengonsumsi vitamin C dan E secara rutin, dibarengi dengan berjemur sinar matahari pagi hari. Foto: Istimewa
Dr Sri Nurdiati menyatakan, kita mesti lebih fokus ke dalam tubuh dengan menyakinkan bahwa stok antibodi cukup dengan mengonsumsi vitamin C dan E secara rutin, dibarengi dengan berjemur sinar matahari pagi hari. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Dalam beberapa hari ini viral penjelasan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) yang juga Dosen Biokimia IPB, Dr Ir Hj Sri Nurdiati.

Dalam tulisannya itu, Dr Sri Nurdiati menyebutkan bahwa banyak orang tidak sadar pentingnya antibodi dan stoknya harus selalu ada.

Namun ternyata tidak, orang lebih panik masker atau hand sanitizer ketika hilang di pasaran.

“Harusnya kita lebih panik kalau antibodi hilang di tubuh karena virus tidak mungkin dihindari,” tuturnya.

Ada sejumlah poin penting dari bebagai diskusi tentang pandemi Covid-19.

Virus itu hanya bisa dikalahkan oleh antibodi dan antibodi yang ada di dalam tubuh itu produksinya seperti pabrik, kadang banyak dan kadang sedikit.

“Karena itu, supaya produksi antibodi banyak harus sering mengonsumsi vitamin C dan E akan jauh lebih baik.”

“Setiap hari serta berjemur di bawah sinar matahari pagi.”

“Virus itu tak mungkin dihindari, jadi pasti selalu ada, contohnya kalau bersin, bisa dipastikan ada virus di situ. Bersin indikasi tubuh menolak.”

“Nah, kalau itu berhasil tembus ke hidung dekat tenggorokan sehingga tubuh akan batuk, tanda menolak.”

“Kalau masih tembus juga, baru demam dan kalau masih tembus juga, barulah antibodi keluar dari pabrik, perang melawan virus.”

“Kelemahan virus itu sama sabun. Kalau tidak ada hands sanitizer maka pakai sabun apa saja bisa bahkan sabun cuci piring juga bisa.”

“Dalam tiga hingga lima menit maka virus akan mati sama sabun,” ungkap Dr Sri Nurdiati.

Dia menyatakan, selama 14 hari antibodi kita akan merekam virus ini dan disimpan dalam  sel memori di otak.

Jadi kalau kita sembuh dan suatu saat kena corona lagi maka sel memori ini akan aktif dalam 24 jam dan artinya, tidak harus menunggu hingga 14 hari.

Dengan alasan itu, Dr Sri Nurdiati mengajak, agar kita lebih fokus ke dalam tubuh dengan menyakinkan bahwa stok antibodi cukup dengan mengonsumsi  vitamin C dan E secara rutin dan dibarengi dengan berjemur sinar matahari di kala pagi hari.

“Adapun sejumlah sumber vitamin C dan E terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayur mayur seperti jeruk manis atau jeruk nipis, tomat, jambu biji, kacang tanah, kacang hijau, bayam dan pucuk melinjo serta pucuk kates atau pepaya,” pungkas Dr Sri Nurdiati. (*)