TROPIS.CO, BANDUNG – Perusahaan perkebunan Astra Agro Lestari mulai kembangkan varietas sawit produktivitas tinggi, dalam kisaran 29 – 30 ton tandan buah segar per tahun, pada areal replanting, sebagai pengganti tanaman yang tak produktif.
Manajemen Astra Agro Lestari memang telah merancang mereplanting tanaman sawit tak produktiv seluas 5000 hektar/tahun. Dan dalam upaya pengembangan industri sawit nasional, perusahaan perkebunan sawit seluas 287 ribu hektar ini, juga telah menjalin kerjasama riset dengan sejumlah lembaga di dalam dan luar negeri.
Penelitiannya lebih difokuskan agar tercapainya keunggulan kompetitif terhadap berbagai produk sawit nasional. Salah satu fokus peneltiian, terkait dengan varietas sawit unggul dan produktivitas tinggi, sebagai solusi peningkatan produksi disaat kian terbatasnya areal pengembangan, lantaran adanya kebijakan moratorium.
Dalam obrolan ringan bersama sejumlah wartawan, dalam event Talk To The CEO 2024, Jumat malam (16/2) di salah satu hotel di kawasan Setiabudi, Bandung, Santosa, Presiden Direktur, pada perusahaan perkebunan rintisan taipan William Soerjadjaja, sekitar 36 tahun nan silam ini, mengatakan bahwa moratorium lahan sawit ini, sudah menjadi komitmen nasional dalam mengendalikan perubahan iklim global.
Dengan alasan itu Santosa sangat menyakini bahwa Pemerintan Indonesia akan konsisten terhadap kebijakan itu. Karenanya, bagi perusahaan perkebunan sawit yang ingin berkelanjutan, dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan produksi, pilihannya hanya pemanfaatan varietas berkualitas dan produktivitas tinggi.
“Alhamdulillah Astra Agro Lestari sudah melakukan itu, dan menemukan varietas sawit produktivitas tandan buah segarnya bisa mencapai 29 hingga 30 ton lebih perhektar pertahun,”kata Santosa dalam event TCEO 2024 yang digagas Divisi Communication and Public Affair, pada perusahaan perkebunan pertama terdafar di gelanggang bursa saham Jakarta.
“ Ya..banyak yang menyebut Astra Agro perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia, benar, terbesar di gelanggang bursa saham,”seloroh Santosa.
Dikatakan Santosa, bahwa berbagai kerjasama di bidang penelitian ini telah memberikan hasil yang sangat mengembirakan. Sekitar dua tahun silam, Astra Agro me-release tiga varietas unggul yang kemudian lebih dikenal dengan trade mark; varietas AAL Lestari, AAL Sejahtera, dan AAL Nirmala.
Ketiga varietas ini diungkap Santoso berproduktivitas relative tinggi, berkisar 29 ton hingga 30 ton tandan buah segar/tahun. Atau dalam kisaran 8,5 sampai 9 ton Crued Palm Oil- minyak sawit kasar pertahun. Kemungkinan varietas baru hasil penelitian ini akan dimanfaatkan pada blok blok baru pada areal replanting Astra Agro Lestari yang ditargetkan seluas 5000 hektar/tahun.
“Kami sangat konsisten melakukan riset ini berkerjasama semua lembaga terbaik dunia, agar Astra Agro memberikan kontribusi nyata pengembangan industri sawit nasional,”tegas Santosa, sembari menambahkan, bahwa Astra Agro selain menjalin kerjasama penelitian dengan sejumlah lembaga di dalam negeri, juga dengan beberapa universitas luar negeri ternama dunia, seperti University of Potsdam, Jerman dan University of Newcastle, Inggris.
Dengan University of Potsdam I ini, Astra Agro bekerjasama riset dalam menggali kandungan karbohidrat dalam minyak sawit. Penelitian lebih difokuskan pada pemetaan profil molecular pada daun yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat, sebelum didistribusikan ke buah sawit. Penelitian ini juga ditujukan untuk menghasilkan varietas unggul kelapa sawit dengan menggunakan teknologi baru, yaitu Genome Editing.
“Output dari penelitian ini, kita ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dinamika pemanfaatan karbohidrat dalam minyak sawit,” tambahnya.
Kemudian, pada tahun yang sama, Astra Agro juga berkolaborasi dengan University of Newcastle, Inggris. Dengan universitas ini, penelitian lebih difokuskan pada pengembangan novel biopestisida ramah lingkungan, menggunakan teknologi fusion-protein dan interferensi Ribonucleic acid (RNA) atau RNAi. Aplikasi RNAi bisa digunakan untuk pengendalian hama (biopesticides) seperti ulat dan sejumlah pengganggu tanaman lainnya, lantaran lebih ramah lingkungan ketimbang penggunaan pestisida kimia.
Dengan University Newcastle, kampus dengan 3 fakultas; science, agribisnis dan engineering itu, perusahaan pekebunan yang mengelola areal tanaman sawit seluas 285 ribu hektar, di sejumlah provinsi di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera t itu, juga berkolaborasi dalam melakukan penelitian mengenai modulasi perilaku serangga.
Sedangkan dengan lembaga di dalam negeri, Perusahaan perkebunan Astra Agro Lestari yang tahun lalu mampu memproduksi minyak sawit lebih dari 3 juta ton – yang sebagian besar produknya diekspor, juga menjalin kerjasama dengan lembaga lembaga ternama di dalam negeri. Seperti dengan; Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Riset Perkebunan Nasional, Konsorsium Genom Sawit Indonesia serta beberapa pihak swasta lainnya.
“Tantangan terhadap industri sawit ke depan diyakini akan sangat berat, sehingga pengembangan produk melalui riset sesuatu keniscayaan, wajib sifatnya,”tutur Santosa. Dan tantangan menemukan solusi dan inovasi-inovasi baru, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. “Kita berharap berbagai hasil penelitian ini mampu berkontribusi dalam menopang perekonomian nasional,”lanjutnya.
Karenanya, tandas executive yang tak hentinya merokok ini, menegaskan, bahwa setiap insan Astra Agro, sengaja dituntut lebih gigih, untuk ikut terlibat dalam menuntaskan berbagai tantangan itu. Lantaran beranggapan, bahwa kesuksesan Riset dan Development ini, hanya didasari oleh kemampuan sumberdaya manusia berkualias dan berdedikasi tinggi, berwawasan sangat luas, maka manajemen Astra Agro Lestari, sangat tidak ragu dalam berinvestasi pada pengembangan SDM ini.
“Saat ini kami sudah punya 2 doktor dan 1 yang masih dalam masa pendidikan serta beberapa yang sedang dalam program magister, ke depan kami ingin masuk dalam tiga besar pusat riset kelapa sawit terbaik di Indonesia,” harap Santosa.