TROPIS.CO, JAKARTA – Kendati ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir, namun tahun kemarin, 2022, produk industri perkayuan mencatat sejarah baru dalam meraup devisa dengan menembus nilai ekspor sekitar US 14,43 miliar dolar.
Dwi Suryo Indroyono Soesilo, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonsia, mengatakan itu saat Musyawarah Nasioal Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) di Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Dikatakan Indroyono, total nilai ekspor produk kayu dalam lima tahun terakhir, 2018 hingga 2022 menunjukan tren peningkatan.
Bila di tahun 2018, nilai ekspor produk hilir kehutanan baru tercatat US$12,13 miliar, kemudian turun di tahun 2019 menjadi US$11,62 miliar.
Di tahun 2020, karena dorongan dampak pandemi Covid-19, devisa yang didapat kian turun, tinggal US$11,05 miliar.
Namun pada tahun berikutnya, 2021, nilai ekspornya mengalami kenaikan yang sangat signifikan hingga mencapai 12,27 persen atau senilai US$ 13,56 miliar.
Lalu di tahun 2022, nilai ekspor produk hilir perkayuan, mencatat rekor.
Nilainya tertinggi sepanjangan masa, menembus US$14,43 miliar.
Hanya memang di tahun 2023 dan kemungkinan juga di 2024, pengusaha produk hilir kayu dalam negeri harus sedikit prihatin.
Pasal ada indikasi kuat, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan turun hingga 0,5 persen, dari 3,5 persen pada tahun 2022, menjadi hanya 3,0 persen di tahun 2023.
Penurunan ini lebih dikarenakan adanya kenaikan suku bunga sebagai kebijakan bank sentral untuk melawan inflasi yang terus membebani aktivitas perekonomian.
Dengan indikasi ini maka, kata Indroyono, dipastikan perkembangan nilai ekspor produk hilir kayu ini menurun sangat signifikan.
Sampai September saja, lanjutnya, nilainya baru mencapai US$9,6 miliar, dan ini mengalami penurunan hingga 10,4 persen.
“Kontribusi produk woodworking, sebagai produk utama dari anggota ISWA mengalami penurunan sekitar 13,1 persen,” ungkap Indroyono lagi.