Perhutanan Sosial Dongkrak Harga Tawar Rotan Petani HKm Simatulu Mentawai

Ribuan rotan manau diangkut keluar daerah. Hasil rotan ini telah mengangkat kehidupan ekonomi para Petani Hkm Simatulu Mentawai. (ilustrasi, mentawaikita)

TROPIS.CO, MENTAWAI-Program Perhutanan Sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat melalui pola pemberdayaan dan tetap berpedoman pada aspek kelestarian.

Sejak program ini digalakkan di era Pemerintah Presiden Joko Widodo banyak manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat. Salah satu contoh adalah Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Simatulu Mentawai.

Menurut penuturan Heronimus, selaku Ketua Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Simatulu Mentawai, sejak memperoleh persetujuan pengelolaan perhutanan sosial dari Menteri LHK bertepatan dengan hari kemerdekaan RI pada Agustus 2022 lalu, mereka mendapatkan beberapa manfaat.

Pertama, kelompok bersama anggotanya sebanyak 60 orang, dapat memanfaatkan semua potensi yang terdapat di dalam wilayah kelola, untuk meningkatkan pendapatan petani hutan menuju sejahtera.
“Saat menjual rotan manau, kami telah memperoleh harga yang memadai, bisa negosiasi dan tidak lagi pada posisi di bawah dan lemah,” ujarnya kepada Sumbarprov.go.id, tanpa menyebut berapa besaran harganya. Namun di pasaran, harga rotan Manau di kisaran Rp 7000-9000 per batang.

Selain menanam rotan yang merupakan produk unggulab, anggota HKm Simatulu Mentawai juga bertanam sagu, kelapa, pisang, pinang dan durian.

“Masyarakat memiliki rasa aman dan nyaman saat memanen rotan manau dan tidak takut lagi akan ditangkap Polisi Kehutanan. Dulu mengambil manau ke hutan sembunyi-sembunyi dan menjualnya sembunyi-sembunyi,” sambungnya.
Hal ini juga yang menjadikan daya tawar hasil hutan bukan kayu dari HKm Simatulu Mentawai menjadi lebih tinggi dari biasanya karena hasil hutannya Legal , tidak lagi illegal, seperti beberapa tahun lalu.

Hal lain yang membuat bangga kelompok ini keberadaan rotan Manau telah menciptakan lapangan kerja baru bagi anggota HKm. Mulai dari pemanenan di hutan, pengangkutan ke desa, pemotongan sesuai ukuran pesanan dan seterusnya.
Artinua Petani hutan telah memperoleh pendapatan dari hasil hutan bukan kayu, tanpa merusak hutannya. Tanpa menebang pohon. Bahkan secara swadaya kelompok HKm membuat bibit rotan dan selanjutnya menanam pada lokasi HKm Simatulu.***