Proyek FIP 1 Berakhir, Sekitar 2 Juta Ton Emisi Mampu Diserap

Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Catur Endah Prasetiani, merasa bangga atas keberhasilan proyek FIP 1 Kalimantan Barat. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari program percepatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan ini. Catur sangat mengapreasiasi atas peran yang dimainkan banyak pihak. Catur bersama Team Forest Investment Suport Unit dan pengurus Kelompok Perhutanan Sosial.

TROPIS.CO, JAKARTA – Bulan Juni  tahun  ini, 2023, Proyek Forest Investment  Program atau FIP-1 berakhir.

Banyak keberhasilan  yang dicapai, walau diakui dalam pelaksanaan tidak selalu berjalan mulus.

Pendapatan masyarakat berhasil ditingkatkan, dan emsisi mampu diserap, kendati belum optimal.

Dalam acara closing  proyek Hibah Luar Negeri FIP-1, di Rabu (8/6/2023), di Jakarta, Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan  Sosial, sekaligus penanggungjawab pelaksana dari proyek  FIP-1, Catur  Endah Prasetiani, melaporkan tentang perkembangan terakhir  dari proyek bantuan  Asia Development Bank senilai US  17 juta dolar yang dikembangkan  di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten  Sintang, Kalimantan Barat, sejak enam  tahun nan silam.

Dihadapan Sekjen Kementerian  LHK, Bambang Hendroyono, Bupati Kapuas Hulu, Bupati Sintang, pimpinan lembaga donor dan juga Mitra FIP-1, serta sejumlah pejabat Kementerian  Lingkungan  Hidup dan Kehutanan, Catur  Endah mengatakan, bahwa   pada bulan ini, Juni 2023,  proyek Hibah Luar Negeri FIP1 “Community Focused Investment to Address Deforestation and Forest Degradation”  akan berakhir, dan   Proyek FIP 1 telah berjalan selama 6 tahun  sejak  tahun 2017.

Walau proyek ini hanya dikembangkan pada satu provinsi, yakni Kalimantan Barat, mencakup 17 desa di dua kabupaten, Kapuas Hulu dan Kabupaten  Sintang, melibatkan 3 Kesatuan Pengelolaan  Hutan atau KPH, ternyata dalam implementasinya  tidak selalu mulus.  Sosial ekonomi masyarakat yang cukup beragam, kondisi fisik lapangan yang relative tidak ringan, menjadi bagian dari ketidak-mulusan tersebut.

Dalam perjalanannya, lanjut  Catur Endah, cukup banyak tantangan yang dihadapi. Restrukturisasi dan penetapan KPH, perubahan nomenklatur KLHK, perubahan kebijakan, dinamika sosial di lapangan, adalah contoh dari berbagai tantangan dalam pelaksanaan FIP 1. Namun melalui proses pembelajaran yang terus adapatif, mengedepankan proses partisipatif, mengedapankan bottom up proses, analisa scientific, patuh terhadap regulasi  serta pedoman yang ada (safeguard sosial, lingkungan, gender actionplan), alhamdulilah seluruh tantangan dapat dilalui dengan baik.

Sejumlah indikator dapat dijadikan rujukan dalam menilai keberhasilan dari proyek FIP-1. Dan ini dapat dilihat dari capaian outcome dan outputnya.  Outcome proyek FIP 1, disebut  Catur Endah, mencakup kontribusi terhadap penurunan emisi sebesar sekitar 2 juta CO2e, dan ini  kini memang sudah di dalam  On Track yang harus terus dipantau  hingga 2027.  Peningkatan income masyarakat  di dua kabupaten  Sintang dan Kapuas Hulu, naik  dalam kisaran 30 – 50 %.

Apabila diukur dari capaian outputnya memang  cukup banyak. Setidaknya ada  24 output dihasilkan dari kegiatan FIP 1 dengan persentase di atas 100 %.  Bahkan ada beberapa out mencapai lebih dari 400 %.  “Nah, capaian monumental tersebut tidak akan terjadi,  tanpa dukungan yang kuat dari para pengelola Proyek FIP1, oleh karena itu hari ini kami akan memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek FIP1 baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, desa dan para pihak lainnya,”katanya.

Ditambahkan Catur Endah, bahwa pelaksanaan  proyek ini sangat relevan dengan kebijakan nasional, khususnya KLHK. Proyek juga telah menunjukkan adanya inovasi terhadap pengelolaan dan pemantauan hutan, serta penghitungan manfaat intangible dari Perhutanan Sosial.

Dari pada itu proyek ini juga sangat efisien dalam hal penggunaan anggaran proyek untuk menapai tujuan/target dalam DMF (design monitoring framework). Indikator ekonomi pada akhir proyek melebihi nilai EIRR (economic internal rate of return) yang ditetapkan.

Capaian FIP-1

Kemudian Tingkat keberlanjutan yang tinggi, yang ditunjukkan dalam peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah, adanya fasilitas yang telah dikelola dengan anggaran sendiri (dana desa dan anggaran pemerintah daerah), diselesaikannya master plan IAD (integrated area development) di Kapuas Hulu dan Sintang, adanya dukungan pembiayaan jangka Panjang dari sector swasta, dan adanya proyek lain yang akan melanjutkan di Kapuas Hulu dan Sintang (proyek GCF-green climate fund, yang mencakup Kapuas Hulu dan Sintang

“Sungguh saya merasakan adanya kerjasama yang luar biasa dari semua pihak. Saling mendukung dan berorientasi kepada hasil. Kita selalu mengantisipasi tantangan dan hambatan (perubahan regulasi, lokasi, Covid19, dll), dan syukur kepada Allah swt, bahwa selalu ada solusi dalam setiap permasalahan,”lanjut Catur Endah.

Sehingga proyek ini telah mencapai target dengan sangat baik, ada banyak pembelajaran yang bisa disampaikan, namun keberhasilan ini tentu memberi peluang dan tantangan baru untuk kita laksanakan, setelah proyek FIP-1 ini selesai. Meskipun proyek FIP 1 telah berakhir,  kegiatan dan investasi yang ditanamkan melalui proyek FIP1 dapat terus dikelola dengan baik, dikembangkan sehingga ke depan akan memberikan manfaat yang lebih besar kepada  masyarakat 17 desa FIP 1.