TROPIS.CO, JAKARTA – Festival PeSoNa yang berlangsung sejak Senin (5/6/2023), ditutup resmi oleh Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendroyono pada Rabu (7/6/2023).
Acara penutupan berlangsung semarak, diawali dengan pemberian penghargaan kepada sejumlah kelompok perhutanan sosial (KPS) berprestasi hasil intervensi proyek Forest Investment Program (FIP) 1 di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat oleh Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial, Ditjen Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan Catur Endah Prasetiani.
Penghargaan ini diberikan seiring dengan berakhirnya proyek FIP-1 di Kalimantan Barat, pada Juni 2023 ini, setelah diperpanjang oleh Asia Development Bank,sebagai penyandang dana dari proyek bermisikan percepatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan, dalam rancangan program REDD+.
Proyek yang berlangsung hampir 6 tahun ini dinilai cukup berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat anggota KPS hingga 34 persen, sejak awal proyek. Lalu kemudian dari berbagai jenis tanaman hutan dan tanaman produktiv yang mereka kembangkan, juga telah menciptakan tutupan kawasan hutan baru – yang telah mampu menyera[ karbon, tak kurang dari 1,7 juta ton CO2e dari target 3 juta ton CO2e.
Bukan hanya itu, proyek FIP-1 telah berhasil pula menekan tingat konfik tenurial di kawasan itu, dan membangkitkan jiwa enterpreuner kebanyakan anggota Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, hingga kini mereka lebih mampu melihat peluang pasar bagi produk kehutanan yang akan mereka kembangkan.
Suasana gembira lain, tatkalah sejumlah peserta lomba foto, lomba masak,dan lomba sedu kopi, naik panggung untuk menerima hadiah. Sorak sorai bergema diiringi tepuk tangan, mengiringi Dirjen Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan, Bambang Supriyanto, Sekjen Kementerian LHK Bambang Hendroyono dan Dirjen Penegak Hukum, Rasio Ridho Sani, berbarengan naik panggung untuk menyerahkan hadiah bagi para pemenang.
Suasana kian semarak, tatkala band asal Jogja, The Rain, mulai melantunkan lagu lagi yang syairnya mengundang audiens seakan tak kuat menahan untuk ikut bernyanyi. Hingga kemudian, memenuhi depan panggung, sembari berjingkrak mengikuti syair lagu yang dilantunkan vokal The Rain.
Bambang Supriyanto, Dirjen Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan, Rasio Ridho Sani, Dirjen Penegak Hukum, dan Bahen, panggilan akrap Bambang Hendroyono, pun seakan tak terbawa dalam arus suasana dengan menepuk nepukan tangannya. Tampak juga, Direktur Kemitraan Lingkungan, Jo Kumala Dewi dan Direktur Pengembangan usaha Perhutanan Sosial, Catur Endah Prasetiani, pun demikian.Sembari melenggang lenggokan tangan ke atas, mengajak hadirin untuk ikut bernyanyi bersama.
Hanya Sekditjen Mahpudz yang tak ikut nimbrung, dia lebih memilih ngobrol di kursi bagian belakang. ”Saya tak bisa nyanyi,” begitu dia memberi alasan.
Dihadiri lebih 7500 pengunjung.
Sekditjen Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan Mahpudz, dalam sambutan evaluasinya, mengatakan, pestival PeSoNa yang berlangsung selama 3 hari dengan berbagai agenda yang antara lain; Talkshow dan podcast, pameran produk perhutanan sosial, aneka lomba, temu inovasi Pesona dan Pesona Show 2023, dan pentas budaya, dihadiri secara langsung tak kurang dari 3000 orang dari berbagai lapisan.
Adapun yang tak langsung, kata dia, terutama dalam agenda Talkshow dan Podcast, tak kurang dari 3500 orang. “Tingginya tingkat kunjungan ini mengindikasikan bahwa program Pestival PeSoNa ini, memang diharapkan, sungguh ini menjadi tantangan untuk menampilkan lebih baik di tahun tahun mendatang,”katanya.
Pestival PeSoNa tahun 2023 ini,diikuti sejumlah kelompok usaha perhutanan sosial seluruh Indonesia yang dikoordinir langsung oleh masing masing Balai PSKL. Berbagai produk perhutanan sosial yang dihasilkan anggota kelompok perhutanan sosial, seperti kopi dalam kemasan, produk kerajinan tangan dari berbagai daerah dipromosikan dan dijual.
Sekjen Bambang Hendroyono sangat mengapresiasi atas penyelenggaraan Pestival PeSoNa ini. Event ini disebutnya sebagai momentum untuk mempercepat pengembangan program Perhutanan Sosial. Sekaligus sebagai ajang promosi berbagai produk kehutanan yang diproduksi masyarakat sekitar kawasan hutan melalui 5 skema yang ditawarkan dalam program Perhutanan Sosial; skema hutan adat, hutan desa, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan dan Kemitraan lingkungan. “Event ini akan menjadi tolak ukur dari keberhasilan membangun ekonomi masyarakat berbasiskan pelestarian lingkungan,”tandas Bahen.