Alue Dohong: Perlu Pendekatan Penta Helix Dalam Menghadapi Tantangan Lingkungan dan Perubahan Iklim

TROPIS.CO, JAKARTA – Untuk menghadapi berbagai tantangan lingkungan hidup dan perubahan iklim, diperlukan pendekatan penta helix, salah satunya menempatkan pentingnya peran akademisi dalam mencari solusi masalah yang menjadi isu utama sekarang ini.

Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Aloe Dohong dalam webinar acara puncak Green Campus Kamaba Sil UI 2022, Sabtu (10/9/2022).

Menurut Alue Dohong, banyak tantangan lingkungan hidup, dan perubahan iklim menjadi salah satu isu utamanya, perlu pendekatan pentahelix yang tentunya menempatkan pentingnya peran akademisi untuk mendukung upaya bersama menghadapi berbagai tantangan lingkungan hidup.

Penta helix merupakan perluasan dari strategi triple helix dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat maupun lembaga-lembaga non profit dalam rangka mewujudkan inovasi. Melalui kolaborasi sinergis tersebut diharapkan terwujud suatu inovasi yang didukung oleh berbagai sumberdaya yang berinteraksi secara sinergis.

Hal ini juga diungkapkan Mahawan Karuniasa Ketua Iluni SIL UI yang menjadi salah satu panelis. Menurutnya, untuk membangun kemitraan yang kuat antara akademisi dan pengambil kebijakan, tidak hanya pemerintah yang perlu lebih membuka diri, sebaliknya akademisi juga perlu lebih.”

“Akademisi juga perlu lebih aktif dalam pengabdian masyarakat, agar pemerintah lebih tepat dalam mengambil kebijakan,” kata Mahawan Karuniasa.

Sementara seperti dinyatakan oleh Program Lingkungan PBB atau UNEP (United Nations Environment Programme), saat ini dunia sedang menghadapi triple planetary crisis yang meliputi perubahan iklim, pencemaran dan sampah/limbah, serta degradasi alam dan keanekaragaman hayati.

Tahun 2022 ini juga dunia dihadapkan pada krisis energi dan pangan sebagai akibat Covid-19, perang Rusia-Ukraina, serta akibat dampak maupun kegagalan upaya menghadapi perubahan iklim. Situasi ini membutuhkan kolaborasi yang kuat pengambil kebijakan dan akademisi, sehingga dapat dihasilkan kebijakan berbasis sains untuk inovasi dan solusi.

Hadir juga dalam webinar kali ini, tokoh lingkungan Emil Salim. Emil Salim menyampaikan pesan bahwa sangat mungkin dengan teknologi aktivitas manusia dapat seimbang dengan alam. (Nto)