Perusahaan Batubara Terbesar Kembangkan Tanaman Petai dan Jengkol di Kalsel.

Sekjen KLHK Bambang Hendroyono bersama Presiden Direktur perusahaan tambang barubara Boy Thohir, menandatangani MOPIU pengembangan pusat persemaian berkapasitas 12 juta bibit pertahun,. di Banjarbaru kamis (4/8). Acara ini dihadiri Menteri LHK Siti Nurbaya, dan Menteri Siti sangat mengapresiasi adanya perusahaan swasta dalam mendukung kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian perubahan iklim ini.

TROPIS.CO, BANJARMASIN – PT Adaro Energy Tbk, salah satu perusahaan tambang batubara terbesar nasional segera membangun pusat persemaian bibit tanaman hutan pada areal seluas 15 hektar,  di Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan,  berkapasitas  10 juta hingga 12 juta bibit pertahun.

Bibit yang akan diproduksi meliputi jenis tanaman endemik, seperti Kasturi, Kapul, Ramania, Meranti, Ulin, Gaharu dan  tanaman estetika  mencakup Ketapang Kencana, Pucuk Merah, Tabebuya, Tanjung  serta  tanaman penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu/HHBK yang antara lain,  Durian, Petai, Jengkol, Alpukat, Sawo, Kemiri dan  Sirsak

Rencana pengembangan pusat persemaian itu, Adaro bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Kesepahaman kerjasama tersebut, sudah ditandatangi oleh Sekjen Kementerian LHK Bambang Hendroyono bersama Presiden Direktur Adaro,  Garibaldi Thohir, Di Banjarbaru, Kamis (4/8).

“Saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta PT. Adaro Energy Indonesia Tbk. yang telah bersama-sama berkolaborasi membangun pusat persemaian di Kecamatan Liang Anggang bersama Kementerian LHK melalui skema kolaborasi kerja Public Private Partnership. Kolaborasi ini menjadi sangat penting untuk mendukung keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan sekitarnya,” ucapnya.

Menteri  Siti Nurbaya yang hadir menyaksikan acara penandatangan itu, sangat mengapresiasi manajemen  PT Adaro  Energy  Indonesia Tbk, dan juga  Kementerian  Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang siap berkolaborasi membangun pusat persemaian di Kecamatan Liang Anggang bersama Kementerian LHK melalui skema kolaborasi kerja Public Private Partnership.

“Kolaborasi ini menjadi sangat penting untuk mendukung keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan sekitarnya,” ucapnya.

Pembangunan pusat persemaian di Liang Anggang ini, kata Menteri Siti Nurbaya, salah satu  dari 30 pusat persemaian yang kini sudah menjadi agenda  Kementerian LHK, seperti yang diminta oleh Presiden.  ” Dari rencana 30 pusat persemaian ini, ada yang  sudah diresmikan dan sudah beroperasi, dan ada juga yang kontruksinya baru selesai dan tahap kontruksi, bahkan baru proses awal,”lanjut Menteri Siti Nurbaya.

Presiden telah menegaskan bahwa sejak November 2021 tahun lalu, kerja public private partnership sangat positif, dimana dunia usaha dapat mendukung pembangunan persemaian skala besar di berbagai provinsi di Indonesia. “Perintah ini sudah ditegaskan sejak 2019 dan secara bertahap terus dilaksanakan,” imbuhnya.

kata Menteri Siti; Presiden meminta dibangun 30 unit pusat persemaian serupa yang ada di Kalimantan Selatan ini untuk dibangun di seluruh Indonesia.

Adapun sejumlah pusat persemaian itu, Rumpin, Jawa Barat, sudah diresmikan dan operasional; Danau Toba, Sumut, konstruksi selesai; Likupang, Sulut, konstruksi selesai;Labuan Bajo, NTT, konstruksi ; Mentawir-IKN, Kaltim, pematangan tanah dan konstruksi simultan;

Berikutnya Mandalika, persiapan pagar keliling dan penyiapan lahan; Bali, khusus mangrove, Konstruksi sedang berlangsung, hampir selesai; Kalsel, menyusul proses launch sekarang; Sumsel, menyusul proses untuk 2022; Sultra, menyusul untuk proses 2022;  dan Sulteng, menyusul untuk proses 2022

Pemulihan Ekosistem.

Pembangunan persemaian dengan skala besar pada setiap provinsi diarahkan untuk mendukung pemulihan ekosistem melalui rehabilitasi hutan dan lahan,  termasuk reklamasi areal atau lahan bekas tambang.

Pengembangan pusat persemaian ini, juga berkaitan dengan sangat erat dengan langkah-langkah Indonesia dalam merespon kondisi global, dengan isu pokok dan paling popular, yaitu berkaitan dengan sustainability, biodiversity dan sirkuler ekonomi juga dalam orientasi carbon offset.

Pada konteks ini,  kata Menteri  Siti Nurbaya, Indonesia telah menegaskan agenda Indonesia’s FoLU Net Sink 2030 sebagai aksi mitigasi yang menunjukkan ambisi aksi iklim dalam pelaksanaan target kinerja melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan sistematis.

“Dengan ini Indonesia dapat memberikan contoh kejujuran bahwa komitmen bukan hanya sekedar janji pledge, akan tetapi betul-betul bekerja dalam delivered commitment,” tegas Menteri Siti.

Boy Thohir Garibaldi yang akrab dipanggil Boy Tohir ini pun menyatakan jika Pusat persemaian yang akan kami bangun di Kalimantan Selatan ini memiliki luas 10 hingga 15 hektar, dan akan memproduksi bibit tanaman dengan fungsi konservasi dan serbaguna.

Presiden Direktur Adaro Grup, Garibaldi Thohir menyampaikan jika sebagai pemegang Pinjam Pakai Kawasan Hutan (PPKH), Adaro turut mendukung program pemerintah dalam pembangunan pusat persemaian untuk pemulihan lahan kritis di Indonesia.

“Kami sangat bangga mendapat kepercayaan dari KLHK untuk mewujudkan amanah yang besar ini, yaitu dengan membangun dan mengelola satu dari 30 pusat persemaian di Indonesia,” ujarnya.

Garibaldi yang akrab dipanggil Boy Tohir ini pun menyatakan jika Pusat persemaian yang akan kami bangun di Kalimantan Selatan ini memiliki luas 10 hingga 15 hektar, dan akan memproduksi bibit tanaman dengan fungsi konservasi dan serbaguna, yang nantinya akan didistribusikan untuk pemulihan lahan kritis di Provinsi Kalimantan Selatan dan sekitarnya.

“Kami berharap berbekal pengalaman kami dalam melakukan rehabilitasi serta pengelolaan persemaian ini nantinya dapat memberikan manfaat secara ekologi, juga memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar,” ujar Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir.

Selain membangun pusat persemaian, Kementerian LHK melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan bekerjasama dengan Adaro mengembangkan Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut di Kabupaten Barito, Kalimantan Selatan, sebagai pusat konservasi satwa endemik Kalimantan yaitu Bekantan.