Pers Dalam Bisnis Sawit Nasional

Ditulis :  Usmandie A Andeska

TROPIS.CO, JAKARTA – Pertengahan pekan pertama Oktober ini, atau tepatnya, 4 hingga 6 Oktober kemarin, saya bersama mas Kurniawan, dari Jawa Pos Group, dan mas Sudarsono, Redaktur Ekonomi Harian Sindo Jakarta, diajak mas Topan Mahdi, salah seorang eksekutif, Astra Agro Lestari, berkunjung ke Pangkalanbun Kalimantan Tengah. Agendanya sangat singkat, bersilaturahmi dengan pers di kawasan itu. Terkhusus rekan rekan wartawan di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Lamandau.

Dalam silaturahmi itu, cukup banyak rekan rekan wartawan yang hadir. Mungkin tak kurang dari 50-an wartawan dalam 2 kali pertemuan, sore dan malam. Sayapun diberikan kesempatan untuk menyampaikan sedikit pengalaman dalam membangun sinergi antara perusahaan, sebagai penggerak ekonomi dengan Pers yang memiliki multi fungsi dan multi peran.

Singkat, saya katakan, perusahaan, apapun bidang usahanya, terlebih sawit yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, adat istiadat dan kearifan lokal, serta aspek lingkungan, hendaknya tidak abai terhadap.peran pers. Perusahaan perkebunan sawit dituntut mampu menjalin komunikasi positif dengan pers, tanpa didasari rasa curiga dan takut. Mengapa saya katakan demikian, hingga saat ini masih banyak perusahaan perkebunan sawit yang berprasangka hingga enggan membuka diri, dan baru mau berkomunikasi disaat ada masalah.

Kepada teman teman wartawanpun, sempat juga saya sampaikan untuk terus membekali diri dengan penambahan wawasan yang terkait dengan isu isu global. Sehingga menjadi modal dalam membangun komunikasi dengan semua pihak, saat menjalankan tugas jurnalistiknya. Prinsifnya, bila sudah terjalin komunikasi yang baik, frekuensi kebathinan sudah pada gelombang yang sama, tentu semuanya akan membuahkan hasil yang sangat optimal.

Respon rekan rekan wartawan sangat positif terhadap silaturahmi yang diselenggarakan Astra Agro Lestari ini. Terlebih lagi, mereka menyebut, inilah kali pertama pertemuan antara perusahaan industri kelapa sawit dengan media, pasca covid 19.

Dan, menurut Topan Mahdi, agenda rutin dari kelompok usaha Astra Agro Lestari yang sebelumnya hampir dilakukan setiap tahun. Hanya dalam 3 tahun terakhir, terhenti sejenak, lantaran adanya pandemi covid 19. ” Kini Covid 19 sedikit demi sedikit mulai berlalu, dan agenda silaturahmi dengan rekan rekan pers ini, kita lanjutkan, dan kita awali dari Pangkalanbun,”ujarnya.

Mungkin dalam waktu berikutnya, lanjutnya, agenda serupa akan diselenggarakan juga di Pekanbaru, Riau, Medan, Balikpapan dan juga di Sulawesi Tengah. ” Ya…di sejumlah daerah, lokasi sebaran perkebunan Astra Agro Lestari,” jelasnya.

Perusahaan publik.

Perlu diketahui, PT Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) merupakan perusahaan yang terbentuk atas penggabungan (merger) dari beberapa perusahaan yang mengembangkan industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.

Berawal dari perkebunan ubi kayu, kemudian berekspansi pada tanaman karet, baru kemudian, meluas pada pengembangan budidaya kelapa sawit di Provinsi Riau. Tepatnya di sekitar tahun 1988, yakni diawali berdirinya PT Eka Dura Indonesia. Nah sejak itu Astra Agro Lestari, resmi menjadi industri yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit.

Terus berkembang, hingga kini luasannya telah mencapai 297 ribu hektar lebih,  termasuk kebun plasma milik masyarakat binaan Astra Agro Lestari, seluas hampir 60 ribu hektar. Dan tidak hanya itu, juga ada sejumlah industri yang mampu mengolah tandan buah segar atau TBS yang diproduksi, termasuk TBS dari kebun petani – yang jumlahnya kini mencapai tak kurang dari 55 ribu petani yang tergabung dalam 2500 kelompok.

Produksi CPO kelompok Astra Agro Lestari yang terbagi dalam 35 anak perusahaan, tak kurang dari 4 juta ton setiap tahun. Dan sebagian besar diekspor ke sejumlah negara; Tiongkok, Timur Tengah, dan India. Pada tahun kemarin, 2021, total pendapatan bersih Astra Agro Lestari,mencapai sekitar Rp 24,322 triliun lebih.

Di Kalimantan Tengah, Astra Agro Lestari, memiliki 10 anak perusahaan perkebunan sawit, dan 1 anak perusahaan perkebunan karet. Semua anak perusahaan sangat produktif, dan telah mampu memberikan kesempatan kerja dalam jumlah yang sangat signifikan. Dan juga, telah berkontribusi nyata dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah.

Lebih transparan
Sebagai perusahaan publik, manajem Astra Agro Lestari, memang dituntut untuk lebih terbuka, transparan dalam berbagai hal yang terkait dengan berbagai isu dilapangan. Dan manajemen Astra Agro Lestari, berbagai isu ini perlu dimanage dan dimaintance dengan baik. Sehingga isu isu yang kurang baik dan akan mempengaruhi citra perusahaan tidak berkembang liar, sehingga bila tak terkendali, hancurnya image perusahaan yang dipastikan hengkangnya para pemilik saham di gelanggang bursa.

Berikutnya dapat ditebak, anjloknya harga saham yang kini bertengger tinggi di lantai bursa. Sehingga dampaknya, bakal memerosotkan nilai asset kelompok usaha. Kondisi sangat tidak diinginkan oleh manajemen Astra Agro Lestari. Dan tentu, manajemen Astra Agro berupaya optimal mempertagankan, sekaligus meningkatkan eksistensi perusahaan, agar tetap solid dengan likuiditas yang sangat mantap. Tentu kontribusi dalam menyerap kesempatan kerja, devisa untuk negara, penguatan ekonomi pedesaan, kontribusi sosial kemasyarakatan, dapat terus terjaga dengan apik.

Lantaran itu, Topan Mahdi yang juga wartawan senior, sangat tahu, bahwa peran pers akan sangat penting, dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi, serta kontribusi perusahaan dalam menggerakan roda ekonomi nasional. Kepercayaan publik terhadap perusahaan harus tetap terjaga. Dan ini hanya bisa terwujudnya, jika terjalin eratnya komunikasi antara manajemen perusahaan dengan masyarakat yang dijembati oleh pers. Suasana kebathinan yang damai dan saling percaya dari semua stakeholders, akan semakin terbangun. Kokoh tak muda rapuh hanya karena berita hoax yang mengadu domba.

Dan tampaknya, harapan itu memang sudah terbentuk lama. Fungsi dan peran masing masing pihak sudah sangat jelas dan tegas. Kini tinggal memelihara silaturahmi yang sudah terjalin tersebut. Salah satunya yang dilakukan Astra Agro Lestari melalui ” ngopi bareng” dengan rekan rekan pers di Pangkalanbun, pekan kemarin.

Hanya sayang pemahaman ini, hanya ada di manajemen Astra Agro Lestari. Bahkan dapat dikatakan, hanya Astra Agro Lestari yang mengakui betapa pentingnya peran pers dalam membangun image perusahaan, dan industri kelapa sawit nasional. Pers telah menjadi institusi terdepan dalam menangkis isu isu negatif terhadap industri sawit. Sementara kelompok industri sawit, hanya menjadi pers sebagai alat, pada saat sejumlah isu negatif menerpa mereka. Itupun, terkadang hanya realise, tanpa diawali basa basi, minta agar penjelasan perusahaan dapat dipublikasi.

Suatu yang sangat memprihatinkan atas sikap kelompok industri sawit ini, telah menjadi “benalu” yang menempel pada asosiasi disaat, industri sawit ” diserang” isu negatif oleh sejumlah NGOs. Padahal tidak semua dari sekitar 3500 perkebunan dan industri sawit adalah anggota asosiasi, yakni GAPKI – Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia. Kini perusahaan perkebun sawit yang menjadi anggota Gapki, tak lebih dari 750 perusahaan.

Artinya ada sekitar 2750 perusahaan yang menjadi benalu. Termasuk sejumlah kelompok perusahan perkebunan besar – yang terkesan menjadi anggota Gapki, hanya sebatas basa basi, hanya mendaftarkan dua atau tiga dari puluhan anak perusahaan.

Dengan menjadikan Gapki sebagai tameng, dalam melindungi usaha perkebunannya. Memperjuangkan hak hak mereka. Bahkan, juga menghapus berbagai kewajiban kewajiban mereka, terhadap negara dan masyarakat. Sementara kontribusi mereka hanya sebatas iuran yang dinilai dari luasan kebun. Karenanya, ini suatu alasan hingga ada kelompok perusahaan perkebunan sawit dengan.puluhan anak perusahaan, tapi yang dudaftarkan menjadi anggota hanya beberapa perusahaan.

Ironisnya, mereka ingin menikmati totalitas apa yang diperankan Gapki, termasuk suasana kedekatan Gapki dengan pers. Pers sendiri merasa penting, bukan karena perusahaan atau Gapkinya, tapi lantaran tanggungjawab moralnya, terhadap keberlangsungan industri sawit yang telah memberikan kesempatan kerja kepada sedikitnya 50 juta rakyat Indonesia. Mungkin bisa di atas 100 juta orang, andai multiplaer effect dari kegiatan industri sawit ini diperhitungkan.

Tidak sebatas itu, pers nasional juga didorong untuk lebih berkontribusi melalui pemberitaan positif, mengingat peran industri sawit dalam meraup devisa yang setiap tahun, tak kurang dari Rp 500 triliun. Selain didorong rasa bertangungjawa, atas nilai lebih dari minyak sawit nasional yang memiliki keunggulan kompratif dan keunggulan kompetitif terhadap industri minyak nabati global, seperti minyak matahari, minyak.kedelai, minyak lobak dan berbagai jenis minyak nabati lainnya. (Wartawan Tropis Jakarta)