Elang  Ulat Bido dan  Alap –Alap Besra itu Kembali ke Habitatnya.

Bertepatan dengan Hari Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional, Tamaan Nasional Gunung Halimun Salak melepaskan sejumlah satwa langka, dinataranya, Alap -alap Besra, Kukang dan Elang Ular BidoDirektur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Exploitasia, bersamasejumlah pecinta satwa, saat melepas liarkan satwa langka tersebut, Minggu.,

TROPIS.CO, BOGOR  –  Dua jenis satwa langka kembali ke alam bebas setelah direhabilitasi Pusat Suaka Satwa Elang Jawa atau PSSEJ, Loji Bogor.  Pelepas liaran itu seiring dengan  peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional yang diselenggarakan Balai Nasional Gunung Halimun Salak, Minggu (7/11).

Elang  Ular Bido atau Spilornis cheela dan Alap-Alap Besra , Accipiter virgatus, dua jenis satwa langka yang di lepas di area Taman Nasional Gunung Halimun Salak oleh Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Exploitasia. Disaksikan puluhan pasang mata  kalangan pecinta satwa dan lingkungan hidup.

Sebelumnya,  masih dalam rangkaian  peringatan  HCPSN ‘2021, Sabtu, 6 Nopember,   Taman Nasional Gunung Halimun Salak, juga melepas 10 ekor  Kukang atau  Nycticebus javanicus.  Sepuluh ekor Kukang yang  saling berpasangan ini,  hasil rehabilitasi  Yayasan  International Animal Rescue.

Elang Ular Bido masuk rehabilitas  PSSEJ sejak  6 Februari 2021. Lebih awal dua pekan ketimbang  Alap-alap Besra, 18 Februari 2021.   Tak dijelaskan,  historis hingga  Elang  Ular Bido  masuk  kandang   PSSEJ.   Beda dengan Alap –alap  yang disebutkan  hasil serahan masyarakat sekitar  Setu Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam keadaan masih anakan (bulu putih).  Anak Alap alap Besra ditemukan masyarakat setelah   terjatuh dari sarangnya.

Elang Ular Bido, siap dilepas liarkan setelah 9 bulan direhabilitasi

Pada saat pelepasan   Elang Ular Bido dan Alap-alap Besra, telah melewati  masa rehabilitasi selama 9 bulan. Ketika dilepas liarkan, dalam menjalani  pemeriksaan kesehatan dan penilaian perilaku terbang, bertengger, dan berburu mangsa.  Karenanya, kedua jenis satwa ini, dinyatakan siap  untuk dilepasliarkan.

Elang Ular Bido dan Alap –Alap Besra  sama-sama berjenis kelamin jantan dan merupakan salah satu jenis aves (burung) yang dilindungi.  Dan ini sesuai dengan  Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Elang Ular Bido (Spilornis cheela) memiliki ciri-ciri berwarna gelap, memiliki sayap lebar dan membulat, memiliki ciri khas kulit kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh, dan kakinya berwarna kuning. Sering melintasi hutan, perkebunan dan padang rumput. Umumnya dijumpai pada ketinggian 700 – 2000 Mdpl. Daerah persebaran di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

Alap -alap Besra, jatuh dari sarang, diserahkan oleh masyarakat direhabilitasi direhabilitasi Pusat Suaka Satwa Elang Jawa , sejak 18 Februari 2021.

Sedangkan Alap – Alap Besra (Accipiter virgatus)  memiliki ciri – ciri tubuh berukuran sedang (33 cm) dan berwarna  gelap. Habitat Alap – Alap Besra (Accipiter virgatus) tersebar luas di hutan perbukitan dan pegunungan, kebanyakan antara ketinggian 300 – 1.200 m (sampai ketinggian 3.000 m di Gunung Kerinci), tetapi jenis yang jarang di tempat lain. Daerah persebaran dapat di jumpai di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Indra Exploitasia mengatakan kegiatan pelepasliaran ini adalah sebagai simbol, yaitu memberikan edukasi atau memberikan informasi kepada masyarakat bahwa satwa liar adalah aset negara yang harus dilestarikan di habitat alaminya.

“Sebagaimana hal itu sudah dicanangkan oleh Ibu Menteri LHK pada tanggal 1 Juni 2021 dalam peringatan hari Pancasila, Elang Jawa sebagai simbol Burung Garuda Bangsa Indonesia, dan juga merupakan pesan Bapak Presiden Joko Widodo pada saat pelepasliaran tukik di Cilacap kepada masyarakat yaitu harus mendukung pelestarian satwa liar dan tumbuhan ke habitat alaminya,” kata Indra.