KLHK Lakukan TMC Kendalikan Karhutla

Pembasahan gambut dan pencegahan Karhutla harus terus dilakukan dengan melaksanakan patroli oleh Manggala Agni dan Brigdalkarhut KSDAE, namun dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan Covid-19 selama masa pandemi. Foto: KLHK
Pembasahan gambut dan pencegahan Karhutla harus terus dilakukan dengan melaksanakan patroli oleh Manggala Agni dan Brigdalkarhut KSDAE, namun dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan Covid-19 selama masa pandemi. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Pemerintah telah melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca ( TMC) berupa hujan buatan dalam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Dalam tahun ini, setidaknya sudah melakukan TMC sebanyak 27 kali dengan menaburkan lebih dari 21 ton garam, dan tak kurang 11 juta liter air, dan menggunakan sembilan unit helikopter.

Hanya memang patroli udara dan waterbombing ini masih terbatas di Provinsi Riau dan belum sampai pada provinsi lain yang dinilai rawan Karhutla, seperti Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan daerah rawan di Kalimantan.

Karenanya, mengingat memasuki Juni mendatang, ada indikasi penurunan hujan, antisipasi pencegahan karhutla melalui TMC ini diperluas hingga seluruh Sumatera, terutama provinsi rawan Karhutla.

Demikian benang merah dari rapat koordinasi Karhutla melalui vedio conprence sejumlah pimpinan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, Senin (27/4/2020).

Rakor dipimpin Wakil Menteri LHK, Alue Dohong, dan diikuti antara lain, Sekretaris Jenderal Bambang Hendroyono, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Ruandha Agung Soehardiman, Direktur Karhutla, Basar Manulang, serta sejumlah pejabat terkait.

Menurut Alue Dohong, pencegahan Karhutla melalui TMC ini segera ditingkatkan karena  memasuki Juni mendatang ada indikasi curah hujan mulai turun sehingga dikhawatirkan kondisi lahan gambut dan kanal kanal mulai mengering.

“Dengan mempertimbangkan prediksi cuaca yang disampaikan BMKG, maka mulai awal Mei besok, TMC diintensifkan, khususnya di daerah daerah rawan karhutla di Sumatera,” kata Alue Dohong.

Pencegahan melalui udara dengan strategi TMC ini diharapkan mampu membasahi gambut, mengisi embung dan kanal yang sudah dibangun.

Patroli terpadu yang melibatkan semua unsur, mulai dari Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, aparatur desa dan Tim Gabungan Polri danTNI dalam upaya antisipasi serta pencegahan Karhutla hendaknya dilakukan terus menerus.

Dalam melakukan patroli itu, Alue Dohong minta tim terpadu untuk selalu memeriksa kondisi sumur bor dan sekat kanal supaya senantiasa berfungsi baik, dan siap digunakan.

Sementara Bambang Hendroyono, mengatakan, mengingat TMC memerlukan biaya cukup besar, maka pola pelaksanaan hendaknya dilakukan pada area prioritas, terutama wilayah wilayah yang dalam lima tahun terakhir selalu terjadi Karhutla.

Dengan demikian, menurut Sekjen KLHK ini, penerapan pencegahan Karhutla melalui TMC bisa lebih efektif dan turunnya hujan buatan tepat sasar.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Ruandha Agung Sugardiman mengungkapkan sampai dengan saat ini khususnya di Sumatera, Manggala Agni di 17 Daops senantiasa siaga melakukan pencegahan dan pemadaman. (Trop 01)