Sulawesi Selatan Jadi Sentra Peternakan Sapi Nasional

Sulawesi Selatan sangat potensial dijadikan sentra sapi nasional.

TROPIS.CO- BULUKUMBA. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai salah satu sentra peternakan sapi nasional. Posisi Sulsel berada bersama dengan empat daerah lainnya yakni Nusa Tenggara Barat (NTB), Lampung, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta agar Sulsel bisa seperti Jawa Timur yang menargetkan mampu melahirkan 1,4 juta ekor sapi hasil kawin buatan atau Inseminasi Buatan (IB). “Sulsel harus bisa seperti Jatim,”ungkapnya dalam acara Panen Pedet atau Anak Sapi Hasil IB di kelurahan Jawi-Jawi, Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Kamis (26/4).

Lll
Dalam acara yang juga disertakan dengan kontes sapi tersebut Mentan didampingi oleh Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, Bupati dan Wakil Bupati Bulukumba serta ribuan masyarakat Bulukumba beserta stakeholder terkait lainnya.

Amran menyebutkan, penetapan Sulsel sebagai salah satu sentra peternakan sapi nasional bukan tanpa alasan tetapi punya pertimbangan yang jelas. Penentuan sentra itu dengan mempertimbangkan banyak aspek seperti agroklimatnya yang cocok serta kultur beternak penduduknya. Itulah alasan Kementan mendorong pelaksanaan IB di Sulsel karena kecocokan wilayahnya. Adapun IB merupakan pelaksanaan dari program

Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) yang digagas Kementan sejak 2016.

Ditegaskan Amran bahwa kegiatan usaha peternakan harus dapat mensejahterakan petani dan mengentaskan kemiskinan. Panen pedet merupakan puncak dari rentetan proses program Upsus Siwab melalui IB yang dibagikan gratis kepada masyarakat.

Secara nasional, berdasarkan data dari aplikasi sistem informasi kesehatan hewan Indonesia (Isikhnas) tercatat, realisasi program Upsus Siwab mengalami progres yang bagus. Untuk pelayanan IB sejak Januari 2017 hingga April 2018 telah terealisasi sebanyak 5.364.355. Kebuntingan 2.387.648 ekor, dan kelahiran sebanyak 1.153.574 ekor.

Amran menjelaskan, sejak pemerintahan Jokowi-JK Kementan sudah menggratiskan IB kepada lima juta sapi. Jenis sapi itu sepeti limousin, simmental serta beberapa jenis lainnya. Beratnya sekitar 1,5 ton. Kementan juga hendak mendatangkan sapi jenis Belgium Blue yang beratnya sampai 2 ton.

“Jika nanti sapi-sapi itu besar, beratnya hingga satu ton dengan harga rata-rata 50 juta rupiah. Modalnya hanya sperma sapi yang harganya 50 ribu rupiah, tetapi kalau sudah lahir harganya satu hari bisa 10 juta rupiah bandingkan dengan sapi lokal yang tunggu tiga tahun baru harga 8 juta rupiah,”kata Amran.

Melihat hasil panen pedet ini, Amran berharap Sulsel khususnya Bulukumba mampu menjadi salah satu sentra sapi untuk mensuplai kebutuhan nasional, bersanding dengan empat provinsi lainnya. Tahun 2017, kelahiran sapi di Sulawesi Selatan mencapai 21 ribu,  3.850 ekor di antaranya dari Kabupaten Bulukumba. “Program inseminasi buatan akan terus dilanjutkan,”tegasnya.

Tekan Pemotongan

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel Absul Aziz menyebutkan, pihaknya tengah berupaya menekan tingginya angka pemotongan sang saat ini mencapai 80 persen. Hal itudiprioritaskan mengingat pertumbuhan produktivitas sapi di Sulsel tidak terlalu signifikan. Itu karena tingginya pemotongan sapi-sapi betina serta pola ternak yang masih tradisional atau dilepas.

Dari target IB pada 2017 sekitar 344 ribu, yangtercapai hanya sekitar 88 ribu dengan kelahiran sekitar 21 ribu ekor. Nilai dari yang lahir sekitar 210 miliar rupiah dengan asumsi harga 10 juta rupiah per ekor. “Pemerintah daerah Sulsel berupaya untuk menurunkannya minimal 20 persen,”kata Abdul.

Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin meminta agar banyaknya bantuan yang dikucurkan Kementan tidak dipolitisasi. Hal itu untuk mengklarifikasi adanya anggapan bahwa bantuan Kementan bermuatan politis. “Itu tidak benar, ini program dari pemerintah untuk bantu rakyatnya,”tutup Andi.