Indonesia Alami Penurunan Deforestasi

Pemantauan hutan yang dilakukan oleh University of Maryland melalui Global Land Analysis and Discovery (GLAD) dan dirilis oleh Global Forest Watch juga mencatat bahwa telah terjadi penurunan kehilangan hutan (deforestasi) di Indonesia yang signifikan. Foto : Good News from Indonesia
Pemantauan hutan yang dilakukan oleh University of Maryland melalui Global Land Analysis and Discovery (GLAD) dan dirilis oleh Global Forest Watch juga mencatat bahwa telah terjadi penurunan kehilangan hutan (deforestasi) di Indonesia yang signifikan. Foto : Good News from Indonesia

TROPIS.CO, JAKARTA – Kondisi penutupan lahan dan hutan Indonesia bersifat dinamis, seiring dengan kebutuhan lahan untuk pembangunan dan kegiatan lainnya.

Perubahan tutupan hutan ini terjadi dari waktu ke waktu, diantaranya adalah konversi hutan untuk pembangunan sektor non kehutanan, illegal logging dan kebakaran hutan.

Guna mengetahui keberadaan dan luas tutupan lahan berhutan dan tidak berhutan, baik di dalam kawasan hutan (hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi) maupun di luar kawasan hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan pemantauan hutan dan deforestasi setiap tahun.

Pemantauan hutan dan deforestasi ini dilakukan pada seluruh daratan Indonesia seluas 187 juta hektare, baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan, dan berdasarkan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang terdapat dalam program Kebijakan Satu peta (KSP).

Hasil pemantauan hutan Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa luas lahan berhutan adalah 93,5 juta hektare , di mana 71,1 persen atau 85,6 juta hektare berada di dalam kawasan hutan dan sisanya berada di luar kawasan hutan.

Deforestasi netto tahun 2017 -2018 di dalam dan di luar kawasan hutan Indonesia sebesar 0,44 juta hektare, yang berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 0,49 juta hektare, dengan dikurangi reforestasi sebesar 0,05 juta hektare.

Luas deforestasi tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 0,3 juta hektare, di mana 51,8 persen atau 0,16 juta hektare berada di dalam kawasan hutan, dan sisanya seluas 0,15 juta hektare di luar kawasan hutan.

Jika dilihat tren deforestasi berdasarkan data sebelumnya, maka tahun ini pengurangan hutan Indonesia relatif rendah dan cenderung stabil.

“Hal ini menunjukan bahwa, berbagai upaya yang dilakukan KLHK terakhir ini menunjukkan hasil yang signifikan antara lain, Inpres Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut (Moratorium Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut).”

“Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Pengendalian Kerusakan Gambut, Pengendalian Perubahan Iklim, Pembatasan perubahan Alokasi Kawasan Hutan (HPK) untuk sektor non kehutanan, Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH/TORA), Pengelolaan Hutan lestari, Perhutanan Sosial, serta Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL),”  tutur R.A. Belinda Arunarwati Margono, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan pada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK di Jakarta, Rabu (8/5/2019).

Sejalan dengan hasil pemantauan tingkat nasional yang dilakukan oleh KLHK, di tingkat global, pemantauan hutan yang dilakukan oleh University of Maryland melalui Global Land Analysis and Discovery (GLAD) dan dirilis oleh Global Forest Watch serta dikutip oleh WRI Indonesia, juga mencatat bahwa telah terjadi penurunan kehilangan hutan (deforestasi) di Indonesia yang signifikan.

Namun demikian, dicatat GLAD menggunakan sistim, metodologi dan peristilahan yang berbeda dengan KLHK, dan lebih mengangkat istilah tree cover loss (tidak hanya deforestasi/kehilangan hutan alam, namun termasuk pemanenan pada hutan tanaman).

Bila merujuk pada GLAD (yang dirujuk oleh GFW/WRI), di tahun 2018, angka primary forest loss (hutan alam versi Indonesia) 40 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata tingkat kehilangan hutan tahunan di periode 2002-2016.

“Jika dibandingkan dengan kondisi negara lain yang mempunyai hutan tropis, maka pada tahun ini, angka kehilangan hutan (deforestasi) Indonesia jauh lebih rendah dari negara lain.”

“Kondisi ini diharapkan dapat terus ditingkatkan pada tahun-tahun selanjutnya, dan menjadi contoh negara lain bahwa melalui pengelolaan hutan yang baik, maka pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat seiring dengan kelestarian hutan dan lingkungan,” ujar Belinda. (*)