TN Kelimutu Sulap Gulma Kirinyu Menjadi Pupuk Cair Organik

Pupuk cair organik produksi Balai TN Kelimutu yang kini telah dimanfaatka banyak petani di sekitar kawasan taman nasional, gulma cepat diberantas, prroduksi sayur mayur petani meningkat. Foto: Istimewa
Pupuk cair organik produksi Balai TN Kelimutu yang kini telah dimanfaatka banyak petani di sekitar kawasan taman nasional, gulma cepat diberantas, prroduksi sayur mayur petani meningkat. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA –  Balai Taman nasional  Kelimutu telah mampu “menyulap” tumbuhan gulma kirinyu atau Austroeupatorium inulifolium menjadi pupuk cair yang kini mulai banyak dimanfaatkan petani untuk pengembangan taman sayur mayur.

Tumbuhan gulma hutan atau invasive alien species, jenis gulma yang sangat sulit diberantas dan mampu mengubah bentang alam sangat cepat serta tergolong jenis gulma yang mengganggu ekosistem Taman Nasional Kelimutu.

“Daya serangnya cepat hingga terkadang tak mudah untuk diberantas, dan kini luasannya tak kurang dari 300 hektare kawasan taman nasional yang luasnya sekitar  5.000 hektare,” kata Kepala Balai TN Kelimutu, Persada A. Sitepu, di Jakarta, Jumat (15/5/2020).

Salah satu strategi mengatasinya adalah memanfaatkannya hingga memberikan nilai ekonomi dan bernilai tambah.

Program inilah yang dilakukan pengelola Balai TN Kelimutu sejak 2018 silam, memanfaatkan gulma kirinyu menjadi pupuk cair organik dan pupuk cair itu telah dimanfaatkan masyarakat petani di sekitar kawasan taman nasional.

“Kita mengajak beberapa ahli pertanian Universitas Nusa Cendana, dilakukan tahun 2018, dan uji coba penggunaan pupuk organik dilakukan pada Kelompok Tani Rimbawan yang berada di desa Nduaria Kecamatan Kelimutu,” tutur Sitepu.

Petani di  Desa Nduari ini, memanfaatkan pupuk cair organik berbahan baku gulma Kirinyu pada tanaman pertanian, berupa sayur mayur, seperti kol, sawi, cabai, bawang merah dan tomat dengan hasil yang memuaskan.

“Saat ini, pupuk cair organik yang kemudian diberi nama Nduari ini mulai dimanfaatkan juga oleh beberapa petani di desa lainnya seperti di Desa Wiwipemo, Woloara dan Pemo.,”tambahnya.

Pemanfaatan gulma kirinyu, selain dapat mempercepat pemberantasan tanaman invasif kirinyu, penggunaan pupuk cair organik ini dapat juga memperbaiki kualitas dan kuantitas bahan organik dalam tanah.

 

Tanaman sawi dengan daun yang menghijau tebal,  milik  Louzy, ketua Kelompok Tani Muriwalo Desa Woloar, Louzang, hargapun relatif bagus

“Produk pertanian organik yang dihasilkan juga akan lebih sehat bagi tubuh dan yang juga tidak kalah penting produk-produk sehat organik dapat menjadi unsur penunjang daya tarik wisata di TN Kelimutu,” pungkas Kepala Balai Kelimutu Persada A. Sitepu.

Sementara ketua Kelompok Tani Muriwalo Desa Woloar, Louzy, menyebutkan keunggulan lain dari pupuk cair organic berbahan gulma Kirinyu ini.

“Tanaman  bisa tetap tumbuh dan hidup walaupun ditanam pada siang hari. Selain itu, pertumbuhannya sangat bagus  dan ini tampak pada tanaman sawi yang saya kembangkan,” ujar Louyz.

Dari 800 batang tanaman Sawi yang dikembangkannya menunjukkan hasil panen yang memuaskan.

Tanaman yang siap dipanen semuanya terlihat berwarna hijau segar dan itu bukan hanya pada tanama sawi saja, melainkan juga pada tanaman  kacang panjang.

“Kacang panjang bila dipupuk menggunakan pupuk cair organic, rasanya lebih manis ketimbang menggunakan pupuk kimia,” ungkap Louyz.

Diakui  Louzy bahwa keberadaan pupuk organik ini sangat membantu petani di sekitar kawasan TN Kelimutu.

Dengan harga yang hanya Rp50.000,-  per satu jerigen ukuran 5 liter,  masyarakat dapat menghasilkan produk organik sebanyak 1.000 tanaman sawi putih pada kebun seluas 10 are dengan harga jual yang lebih tinggi.

Sebut saja misalnya,  sayur sawi biasa menggunakan pupuk kimia, biasanya hanya dihargai Rp 5.000 per kilogram.

Tapi kalau menggunakan pupuk cair kirinyu bisa mencapai  Rp8.000 per kilogram.

“Bawang merah harganya bisa dua kali lipat, kalau yang biasa hanya Rp15.000 per kilogram, yang menggunakan pupuk cair organik bisa mencapai Rp30.000 per kilo,” tutur Louyz. (Trop 01)