Tingkatkan Suplai Air Irigasi di Ponorogo dan Madiun, Bendungan Bendo Siap Digenangi Akhir Tahun 2020

Bendungan Bendo adalah sumber air baku domestik dan industri berkapasitas 790 liter/detik bagi Kabupaten Madiun sebesar 418 liter/detik dan Ponorogo 372 liter/detik. Foto: Kementerian PUPR
Bendungan Bendo adalah sumber air baku domestik dan industri berkapasitas 790 liter/detik bagi Kabupaten Madiun sebesar 418 liter/detik dan Ponorogo 372 liter/detik. Foto: Kementerian PUPR

TROPIS.CO, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen mendukung ketahanan air dan pangan nasional melalui pembangunan tampungan air baik bendungan maupun embung di berbagai wilayah, salah satunya di Provinsi Jawa Timur yang juga dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional.

“Pengelolaan sumber daya air dan irigasi akan terus dilanjutkan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan.”

“Selain itu kehadiran bendungan juga memiliki potensi air baku, energi, pengendalian banjir, dan pariwisata yang akan menumbuhkan ekonomi local,” tutur Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (3/4/2020).

Di Jawa Timur, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Bendo di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.

Saat ini konstruksi Bendungan Bendo sudah 73,26 persen dan ditargetkan selesai konstruksinya dan siap digenangi pada akhir tahun 2020.

Bendungan Bendo memiliki kapasitas tampung 43,11 juta m3 yang akan dimanfaatkan untuk peningkatan layanan irigasi seluas 7.800 hektare di Kabupaten Ponorogo dan Madiun sebagai sentra pertanian Jawa timur.

Selain sebagai layanan irigasi, manfaat lain Bendungan Bendo adalah sumber air baku domestik dan industri berkapasitas 790 liter/detik bagi Kabupaten Madiun sebesar 418 liter/detik dan Ponorogo 372 liter/detik.

Selain itu akan mereduksi debit banjir Kota Ponorogo dari 1.300 m3/detik menjadi 490 m3/detik dan pembangkit tenaga listrik sebesar 1,56 MW.

Bendungan setinggi 71 meter dengan tipe urugan ini membendung Sungai Keyang yang merupakan anak sungai Bengawan Madiun (anak sungai Bengawan Solo).

Konstruksi dilakukan pada 2013 – 2020 (multi years contract) menggunakan APBN sebesar Rp1,032 miliar yang dikerjakan oleh PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya, dan PT Nindya Karya (KSO).

Selain Bendungan Bendo, untuk mendukung ketahanan pangan Kementerian PUPR juga membangun dua bendungan lainnya di Jawa Timur yakni Bendungan Gongseng di Bojonegoro dan Bendungan Tukul di Pacitan.

Saat ini konstruksi Bendungan Gongseng telah mencapai 76,92 persen dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2020.

Bendungan ini memiliki kapasitas tampungan 22,43 juta m3 berfungsi untuk melayani irigasi seluas 6.191 hektare, layanan air baku 300 liter/ detik, mereduksi banjir 133,27 m3/detik dan pembangkit tenaga listrik sebesar 0,7 MW.

Sementara konstruksi Bendungan Tukul telah mencapai 76,25 persen dan bendungan ini memiliki kapasitas tampung 8.68 juta m3 untuk untuk menyuplai irigasi seluas 600 hektare dan air baku 300 liter/detik.

Bendungan Tukul juga berfungsi mengurangi banjir di Pacitan karena bendungan ini diharapkan untuk mengendalikan debit banjir yang berasal anak Sungai Grindulu. Waktu pelaksanaan kedua bendungan ini pada 2013-2020. (*)