Terobosan Jitu Kurangi Makanan Terbuang dengan Surplus – Food Rescue App dan Surplus Partner

Muhammad Agung Saputra luncurkan aplikasi Surplus - Food Rescue App dan Surplus Partner sebagai terobosan jitu kurangi makanan yang terbuang. Foto: Dodhi/TROPIS.CO
Muhammad Agung Saputra luncurkan aplikasi Surplus - Food Rescue App dan Surplus Partner sebagai terobosan jitu kurangi makanan yang terbuang. Foto: Dodhi/TROPIS.CO

TROPIS.CO, JAKARTA – Seorang milenial, Muhammad Agung Saputra, tergerak menawarkan sebuah solusi untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat membuang makanan ketika masih banyak orang menderita kelaparan dan kekurangan gizi.

Agung, begitu panggilan akrabnya, sudah menawarkan solusi jitu untuk mencegah terjadinya food loss and waste atau makanan hilang dan terbuang.

Di bawah naungan PT Ekonomi Sirkular Indonesia, dia mewujudkan inovasinya melalui aplikasi digital, Surplus – Food Rescue App dan Surplus Partner.

“Platform digital (app), yang mempunyai taglinenya Save Food, Save Budget, Save Planet, ini dibuat untuk menghubungkan pelanggan dengan toko makanan yang memiliki makanan berlebih yang akan dibuang jika belum terjual di penghujung hari dengan diskon minimal 50 persen.”

“Setiap makanan yang diselamatkan berkontribusi dalam memerangi food waste,” tutur Agung saat secara resmi meluncurkan aplikasi Surplus – Food Rescue App dan Surplus Partner di Hotel Amoz Cozy, Jakarta, Kamis (13/3/2020).

Bagaimana cara kerja kedua aplikasi ini? Bila ada toko makanan yang sudah mau tutup pada jam 10.00 malam misalnya, maka mendekati jam 09.00 malam mereka dapat mengupload informasi makanan berlebih ke aplikasi Surplus Partner.

Caranya sama seperti mengupload foto di instagram, tinggal upload foto, isi deskripsi, dan jam pengambilan.

Lantas konsumen, lewat aplikasi Surplus – Food Rescue App, dapat melihat foto yang telah di upload langsung dapat membooking dan membayar dengan OVO sebelum mengambil makanan itu di merchant atau vendor yang bersangkutan.

Pengambilan juga bisa memanfaatkan gosend atau grab express namun ada biaya tambahan karena Surplus – Food Rescue App belum terafiliasi dengan startup ride hailing tersebut.

“Diskon 50 persen dan ini harus dijual setengah harga, konsumen pasti aware.”

“Kini aplikasi Surplus – Food Rescue App dan Surplus Partner baru bisa diunduh di Google Playstore,” ujar pria yang lulusan Imperial College London tersebut.

Menurutnya, keuntungan yang didapat oleh merchant atau penjual makanan yang bergabung dengan Surplus Partner adalah bisa mendapatkan pelanggan baru karena melihat iklan mereka.

Kedua, merchant mendapat pendapatan tambahan karena daripada makanan berlebih yang mereka miliki tersebut terbuang maka lebih baik makanan yang masih layak dikonsumsi itu dijual lagi.

Ketiga, mereka bisa mengurangi biaya pembuangan sampah.

Terakhir mereka bisa berkontribusi menjadi green restaurant dimana sekarang lagi marak green restaurant jadi mereka bisa mendapat langsung empat keuntungan ini.

Sementara user atau pembeli, yang menggunakan aplikasi Surplus – Food Rescue App, bisa menghemat kocek mereka karena dapat membeli makanan bisa lebih murah 50 persen.

Kedua, user dapat ikut serta menyelamatkan lingkungan dengan berkontribusi mengurangi gas metana dan CO2 yang dihasilkan dari food waste dari setiap makanan yang diselamatkan.

“Selain punya dampak terhadap lingkungan, food loss and waste dapat memengaruhi tingkat ketahanan pangan suatu negara dan berimbas pada pemerataan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Agung.

Indonesia Penghasil Sampah Makanan

Berdasarkan Food Sustainability Index 2017 yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU), terdapat hampir 1 miliar orang menderita kelaparan, namun sepertiga makanan hilang atau terbuang.

Indonesia tercatat sebagai negara terbesar kedua, setelah Arab Saudi, yang menghasilkan sampah makanan.

Di beberapa daerah di Indonesia sendiri seperti Jakarta menghasilkan sekitar 4.000 ton sampah makanan per hari (BPS, 2015).

Hasil riset menunjukkan 35 persen restoran di Jakarta membuang kelebihan makanan yang tidak terjual di penghujung hari dengan rata-rata 2-3 kilogram per hari (Aksamala Foundation, 2016).

Sementara menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), dalam satu tahun diperkirakan ada sebanyak 13 juta ton sampah makanan terbuang.

Angka itu sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan pangan 28 juta orang yang hidup dalam kemiskinan di Tanah Air.

Kontribusi besar terbuangnya makanan berasal dari hotel, restoran, katering, supermarket, dan perilaku masyarakat yang gemar menyisakan makanannya.

Komunitas Surplus

Selain meluncurkan inovasi Surplus – Food Rescue App dan Surplus Partner, Agung juga menginisiasi Komunitas Surplus yang memiliki kepedulian untuk memerangi masalah sampah makanan dan lingkungan.

“Komunitas Surplus aktif melakukan edukasi dan kampanye yang dilakukan menekankan pada minimalisasi sampah makanan agar masyarakat lebih bijak dalam konsumsi makanan di kehidupan sehari-hari.”

“Komunitas Surplus mengajak masyarakat untuk peduli terhadap makanan yang dikonsumsi sekaligus peduli terhadap lingkungan.”

“Patut untuk ditanyakan ke diri sendiri sudah sejauh mana kepedulian terhadap sampah makanan dan lingkungan,” ujar Agung.

Menurutnya, sangat penting untuk memiliki pemahaman dan kesepakatan yang sama bahwa kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama dan rasa peduli terhadap lingkungan harus dimiliki oleh setiap orang.

Untuk mewujudkan solusi tersebut, masyarakat bisa bergabung bersama Komunitas Surplus.

Setelah bergabung, anggota bisa mendapatkan informasi pengetahuan mengenai masalah lingkungan, mendapatkan banyak kenalan atau networking yang mempunyai visi misi yang sama dalam melawan food waste, terhubung dengan komunitas lain dari NGO yang berfokus dalam masalah lingkungan, serta dapat berkontribusi bersama untuk memerangi masalah sampah makanan, dan menjadi bagian dalam kegiatan Sunday Zero Food Waste selanjutnya.

Komunitas Surplus diinisiasi pada 16 Februari 2020 lalu menjadi wadah bagi orang-orang yang ingin belajar dan memiliki tujuan yang sama untuk memerangi masalah sampah makanan.

Puluhan orang yang sudah bergabung dengan Komunitas Surplus.

Bagi yang ingin bergabung bisa mengunjungi laman Komunitas Surplus melalui www.surplus.id/gabung-komunitas. (*)