Teknologi RCS Terobosan Atasi Sampah Plastik

Hadirnya alat RCS ini diharapkan target pemerintah untuk bisa mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada tahun 2025 dapat semakin mudah dicapai. Foto : KLHK
Hadirnya alat RCS ini diharapkan target pemerintah untuk bisa mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada tahun 2025 dapat semakin mudah dicapai. Foto : KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Kondisi sungai-sungai di Indonesia, terutama di kota-kota besar, sebagian besar terbilang memprihatinkan akibat polusi dan sampah, khususnya plastik.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada lebih dari 200 ribu ton sampah plastik yang masuk ke lautan berasal dari sungai-sungai di seluruh Indonesia.

Indonesia juga masih menjadi salah satu penyumbang sampah plastik yang terbesar di dunia dengan 8 juta ton sampah plastik yang masuk kelautan berasal dari Indonesia.

Oleh sebab itu sangat mendesak dibutuhkan terobosan teknologi yang mampu mengentaskan persoalan ini.

Satu langkah maju telah dilakukan, teknologi River Clean up System (RCS) kerja sama riset Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Belanda segera diaplikasikan untuk membersihkan sungai-sungai di Indonesia dari sampah, khususnya sampah plastik.

Sebagai langkah awal dilakukan peresmian alat RCS tersebut di Cengkareng Drain, Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara, Senin (13/5/2019).

Penggunaan alat RCS ini pada tahap awal akan digunakan untuk membersihkan 14 sungai yang ada di DKI Jakarta.

Targetnya akhir tahun ini sudah bisa segera diterapkan di wilayah-wilayah yang mengalami pencemaran sampah plastik berat seperti DKI Jakarta dan Bali.

“Tadi saya sudah koordinasi dengan Menteri LHK bahwa ada 14 sungai di Jakarta, kita mau nanti ditiap sungai dipasang alat RCS ini, nanti di teluknya dengan Deputi Gubernur DKI Jakarta, kita mungkin deploy juga beberapa dan itu akan sangat membantu membersihkan sampah plastik ke laut,” ujar Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman seusai melakukan peresmian.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, menambahkan jika alat RCS ini merupakan teknologi dari Belanda oleh karenanya langkah awal yang penting adalah KLHK akan koordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk diadopsi teknologi dan diproduksi ulang secara masal di Indonesia.

“Yang penting diriset dulu, inikan alatnya dari Belanda belum buatan kita, nanti BPPT akan teliti,” tutur Menteri Siti.

Selain membersihkan sampah plastik dari sungai, Pemerintah juga memikirkan konsep pengolahan sampah yang telah terkumpul.

Dengan pendekatan circular economy diharapkan upaya pembersihan sampah plastik dapat memilki multiplier efect lebih besar bagi perekonomian masyarakat.

“Tinggal setelah sampah diambil, mengumpulkannya itu harus dibuat mekanisme yang bagus kemudian nanti dibawa ke tempat pemilahan sampah dan itu circular ekonomi akan coba kita hidupkan.”

“saya lihat tadi jenis sampahnya masih bisa diolah untuk circular ekonomi,” jelas Menko Maritim Luhut.

RCS adalah salah satu sistem yang dibangun dengan tujuan utama untuk membuat lautan bebas dari plastik.

RCS ini akan mengekstraksi sampah plastik yang mengalir di sungai, menampungnya dalam kantong-kantong besar melalui conveyor belt, dibawa ke tepi sungai untuk diangkut ke tempat penampungan sementara untuk dipilah dan di daur ulang agar jumlah sampah yang diangkut ke TPA semakin sedikit.

Seluruh sistem RCS digerakkan dengan tenaga listrik panel surya yang terpasang di atap RCS. Ada 14 belas kantong besar untuk menampung sampah.

Isi kantung dan rotasi penggantiannya tergantung kepada aliran sungai, kecepatan, jumlah sampah dan jenisnya.

Asumsi untuk saat ini adalah ini sekali sehari. Tetapi ke depan mungkin akan lebih sering bila diperlukan.

Dalam dua bulan pertama sistem RCS akan beroperasi maksimal delapan jam sehari (dengan asistensi ahli berada di lokasi).

Setelah pelatihan semua operator, sistem dapat meningkatkan waktu operasional hingga 16 dan 24 jam per hari.

Alat RCS ini diketahui biaya pembuatannya perunit seharga 200-300 ribu Euro atau sekitarnya Rp5 miliar.

Kapasitas pembersihan sampah dari alat ini mencapai 10 ton pershift, sehingga kalo satu hari dibagi menjadi tiga shift, maka dalam sehari dapat membersihkan sampah sebanyak 30 ton untuk setiap unitnya.

Proyek percontohan ini memiliki tujuan untuk membuktikan kinerja RCS (ekstraksi limbah dan plastik dari sungai dan cara kerja manajemen limbah untuk bisa memilah plastik dari limbah lain sehingga dapat didaur ulang atau dibuang dengan cara yang ramah lingkungan.

Diharapkan, proyek percontohan ini menghasilkan data sebenarnya sampah dari sungai, serta mendapatkan solusi pengelolaan sampah secara terpadu.

Kerja sama pembuatan alat pembersih sampah plastik di sungai ini merupakan wujud Memorandum of Understanding (MoU) antara KLHK dengan Kerajaan Belanda yang telah ditandatangani pada tahun 2016 yang lalu.

Dengan hadirnya alat RCS ini diharapkan target pemerintah untuk bisa mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada tahun 2025 dapat semakin mudah dicapai.

Kerja sama Pemerintah RI dengan Kerajaan Belanda ini akan berlangsung 12 bulan dari Maret 2019 sampai Maret 2020.

Dengan kerja sama ini diharapkan akan didapatkan lebih banyak data-data untuk menentukan strategi terkait pengurangan sampah plastik di lautan Indonesia.

Pemanfaatan teknologi RCS merupakan salah satu solusi untuk mengurangi sampah plastik di sungai, namun pemerintah juga perlu membuat strategi agar masyarakat punya kesadaran tinggi untuk tidak lagi menggunakan barang-barang dari plastik dan tidak membuang sampah ke sungai. (*)