Stok Pangan Aman, Tak Ada Alasan Harga Beras Naik

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (paling kanan) dan Dirut BULOG Budi Waseso melakukan sidak guna memastikan stok beras aman dan harganya tidak naik. Foto : Kementan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (paling kanan) dan Dirut BULOG Budi Waseso melakukan sidak guna memastikan stok beras aman dan harganya tidak naik. Foto : Kementan

TROPIS.CO, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali sidak ke pasar Kamis (8/11/208) pagi. Amran mengecek ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), sebagai barometer stok beras nasional.

Berdasarkan pantauan langsung bersama Direktur Umata (Dirut) BULOG, Satgas pangan Polri, Dirut PT Food Station Tjipinang Jaya sebagai pengelola PIBC, perwakilan Bank Indonesia dan Pemprov. DKI Jakarta, Mentan memastikan ketersediaan beras mencukupi dan harga terkendali.

“Kita mengecek pangan di lapangan mulai jam lima subuh tadi. Alhamdulillah semua posisi stabil. Tidak ada alasan (harga naik). Maaf jangan lagi di bawa ke ranah politik.

“Ini pangan kita stabil harga ayam hanya Rp27 ribu/kg, telur Rp22 ribu/kg, kami cek langsung dengan tim lengkap”, ujar Amran.

Amran menyampaikan, kenaikan harga beras medium belakangan ini di tengah kondisi stok beras yang cukup, sebagai sebuah anomali.

Stok Beras PIBC

Dirut PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi menjelaskan, stok beras di PIBC sangat cukup.

“PIBC hari ini stok nya 50 ribu ton, kemarin 51 ribu ton. Lebih tinggi dari biasanya”, kata Arief.

Ia mengakui ada pergerakan harga untuk beras jenis medium. Dan sudah diantisipasi dengan meminta Pemerintah melalui Bulog agar melakukan Operasi Pasar untuk menjaga laju inflasi.

“Tapi dalam kondisi saat ini sebenarnya memang produksi dari pertanian kita dalam hal ini beras sebenarnya cukup. Kalau di Jakarta saya harus sampaikan cukup, pasokan masih normal”, tuturnya.

Menurut Arief, ketersediaan beras medium menurun karena ada kecenderungan di up menjadi beras premium.

“Artinya kalau panennya segitu kemudian mereka prefer ke premium, karena margin nya lebih tinggi.”

“Ini adalah mekanisme ekuilibrium baru, ini fenomena yang terjadi. Jadi bukan masalah produksi,” ucap Arief.

Selama ini yang disebut sebagai beras Premium itu dengan spesifikasi 5% broken. Sedangkan di pasar sekarang, yang disebut premium itu 15% broken. Dan jumlahnya samgat banyak (dibanding medium).

“Kalau saya melihatnya ini lebih baik. Jadi orang ngambilnya berasnya yang lebih baik. Nggak mau lagi beras medium”, pungkasnya.

Saat ini ketersediaan beras premium di PIBC mencapai lebih dari 80%. Sedangkan beras medium di bawah 15%.

BULOG Siap Kawal Pasar

Dirut BULOG Budi Waseso (Buwas) menyatakan Bulog siap memenuhi permintaan PIBC menambah stok beras medium untuk mengendalikan harga. Sampai hari ini Kamis (8/11/2018) Buwas melaporkan stok beras yg ada di BULOG jumlahnya 2,7 juta ton.

“Stok kita sangat banyak, dan kita operasi pasar setiap hari. Saya berharap malah tiap hari bisa diserap 15ribu ton, utk stabilisasi harga.”

“Ternyata memang serapannya kecil. Kita cek di lapangan hari ini stok beras begitu banyak”, ungkap Buwas.

Menurutnya, program perubahan pola tanam Kementan membuat musim panen menjadi lebih cepat. Sehingga lebih menjamin ketersediaan beras.

“Yaitu mulai Januari Februari sudah mulai ada panen. Ini saya sampaikan sulaya ymasyarakat tak usah takut tak usah ragu tak usah khawatir, kalau beras itu kurang,” tegas Buwas.

Satgas Pangan Awasi Spesifikasi Beras

Mengenai anomali harga beras medium yang naik saat pasokan beras mencukupi, Ketua Satgas Pangan Pusat Irjen Setyo Wasisto menyebutkan bahwa ada yang merubah spesifikasi (beras) dari medium menjadi premium.

“Ini menjadi tugas saya sebagai satgas pangan untuk melakukan pengawasan. Kita akan lakukan cek di lapangan dan melakukan uji laboratorium juga atas kualitas beras yang ada di lapangan”, ujarnya.

Ini penting dilakukan agar apa masyarakat membeli beras sesuai dengan kriterianya, baik medium maupun premium. Agar tidak ada konsumen yang dirugikan.

Di luar persoalan anomali harga beras medium, Bank Indonesia mencatat dalam tiga tahun terakhir Indonesia berhasil menjaga stabilitas harga pangan, sehingga menurunkan sangat signifikan angka inflasi pangan.

“Untuk pangan tahun 2010 (inflasi pangan) cukup tinggi 10%. Memang 2-3 tahun terakhir berhasil ditekan terakhir menjadi 1,29%.”

“Bahkan tiga tahun berturut-turut harga pangan stabil. Lebaran dua tahun terakhir juga sangat stabil, Oktober kemarin bahkan pangan deflasi,” jelas Trisno Nugroho Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta.

Komoditas pangan yang menyumbang penurunan inflasi di antaranya beras, daging ayam ras, juga telur. Ia memastikan Pangan tidak ada masalah di tahun-tahun ini.

“Kami juga memberi proyeksi terkendali sampai akhir tahun ini. Ini rekor, baik sekali di DKI Jakarta TPID nya melihat bahwa dua hingga 3 -3 tahun terakhir pangan nggak ada masalah,” pungkas Trisno. (*)