Ridho Slank Ajak Masyarakat Riau Jaga Sungai dan Hutan

Ridho Slank berpandangan bahwa harus ada kompensasi saat buka dua juta hektare, harus ada juga beli hutan 2 juta hektare guna jaga kelestarian alam. Foto : Okezone Celebrity
Ridho Slank berpandangan bahwa harus ada kompensasi saat buka dua juta hektare, harus ada juga beli hutan 2 juta hektare guna jaga kelestarian alam. Foto : Okezone Celebrity

TROPIS.CO, PEKANBARU – Gitaris grup band rock papan atas di Indonesia, Ridho Slank, ajak masyarakat Riau untuk menjaga kebersihan sungai dan kelestarian hutan jelang konser Slank di Stadion Kaharuddin Nasution, Kota Pekanbaru, Rabu malam (14/11/2018).

“Di Pekanbaru ada sungainya yang harus bersih. Harus dijaga hutan sekian juta hektare juga, jangan semua dijadikan lahan perkebunan,” kata Ridho saat temu sapa dengan penggemar di Pekanbaru, Rabu sore.

Menurutnya, peradaban manusia itu dilihat dari sungainya maupun laut.

Oleh sebab itu harus dijaga betul kualitas airnya dan dirinya melihat dari pesawat melihat sungai yang ada di Riau hamparannya seperti minyak semua.

“Beberapa kawasan turun lagi karena tanahnya gambut, jadi air sungainya hitam,” ungkap Ridho.

Terkait hutan, dia mengatakan boleh saja masyarakat Pekanbaru mrlebarkan sayap dengan tanaman sawit sekian juta hektare.

Tapi dikatakannya bahwa ada juga satwa lain yang juga hidup di hutan seperti Harimau Sumatera.

Soal masalah ini, Slank sudah membuat lagu berjudul hutan karma.

Lagunya dibuat langsung di hutan Riau dan soal permasalahan hutan Riau.

Pria yang bernama lengkap Mohammad Ridwan Hafiedz ini berpandangan bahwa salah satu solusinya, harus ada kompensasi saat buka dua juta hektare, harus ada juga beli hutan 2 juta hektare.

Pasalnya, walau bagaimanapun rimba itu adalah tempatnya satwa.

Pola tersebut namanya hutan rehabilitasi yang hak pakainya sampai 50-60 tahun.

“Saya gak bisa bayangin semua jadi lahan perkebunan, bagaimana di Kalimantan yang punya Orangutan tapi gak punya tempat.”

“Harus ada kompensasi dari perusahaan untuk membeli lagi hutan untuk rehabilitasi.”

“Karena satwa tempatnya bukan di kandang, satwa harus liar, bisa cari makan sendiri, bukan dikasih makan sehingga bisa berkembang biak,” pungkas Ridho. (*)