Rendahnya Kreativitas Pemimpin, Hancurkan Wibawa Pemerintahan Lokal

Kesejahteraan Menurun

Ini artinya, masyarakat Bangka Belitung, bukan sejahtera setelah ada provinsi dan kabupaten Belitung Timur, justru sebaliknya, kesejahteraan mereka menurun, bahkan mungkin miskin, hingga terpaksa merambah hutan lindung mangrove  tempat berkembangnya udang, kepiting, ikan dan habuitat laut lainnya, untuk menambang karena kelaparan.

Kondisi ini sejatinya tidak harus terjadi bila sosok pemimpin memiliki kemampuan dan berkreative.

Pengembangan daerah tidak harus mengandalkan dana investor.

Sumber dana daerahpun dapat dijadikan penggerak awal dalam pengembangan potensi lokal. Pendekatan padat karya akan jauh lebih baik ketimbang padat modal.

Pengembangan potensi lokal  berbasis masyarakat akan membuat struktur ekonomi daerah kian kokoh. Tidak mudah rapuh disaat terjadinya krisis ekonomi. Dan komoditas yang dikembangkan, lebih diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan lokal, bila memang belum mendapat kesempatan pasaran luar.

Sebut saja, peternakan. Jujur ini potensi yang diabaikan. Padahal tingkat kebutuhan daging, baik daging ayam maupun daging sapi atau ternak lainnya di Bangka Belitung sangatlah tinggi.

Sebagian besar kebutuhan daging masyarakat kini masih tergantung dari daerah luar pulau. Sejatinya, bila pemimpin itu, tidak terobsesi dengan kata “investor” persoalan ini bisa diatasi melalui program pemerintah.  Artinya, modal kerjanya bisa menggunakan sumber dana daerah dan pemerintah pusat.

Bukan hanya daging, telur ayampun sebagian besar masih harus didatangkan dari Jawa dan daeratan Sumatera. Benar benar ironis memang. Ketidak jelian pemimpin lokal melihat peluang, telah menyebabkan sumberdana daerah terkuras banyak, mengalir ke daerah lain, tidak berputar di kampong sendiri.

Entah berapa banyak kebutuhan telur untuk masyarakat Bangka Belitung setiap hari. Kalau boleh saya berasumsi dengan penduduk Bangka Belitung yang kini sekitar 1,3 juta orang, lalu  yang mengkonsumsi telur setiap harinya  85% saja, dengan rata-rata per orang2 butir terlur, maka dapat ditebak, berapa banyak kebutuhan telur setiap hari. Bila dari 1,3 juta penduduk , 1,1 juta diantara mengonsumsi telur, maka setidaknya setiap hari dibutuhkan telur ayam sebanyak 2,2 juta butir.

Cukup banyak kan! Walau ini hanya sebatas asumsi. Sebut saja, angka itu benar adanya, dengan harga pembelian telur Rp 1000/butir dari daerah asalnya, maka paling tidak, sedikitnya Rp 2,2 miliar duit masyarakat Bangka Belitung, melayang setiap  hari.  Artinya, setiap bulan mencapai  Rp 64 miliar, dan satu tahun mendekati  Rp  800 miliar.

Andai kata pemimpin daerah Bangka Belitung ini kreativ dan jeli, tidak terlena dalam kekuasaan, seperti yang dimimpikan para pendiri provinsi, tentu dana sebenar itu, bisa menggerakan ekonomi daerah. Income masyarakat  seperti yang saya mimpikan. Mungkin, menambang sudah ditinggalkan, tak  ada lagi teriakan urusan perut.

Namun, sekali lagi, itu hanya sebatas angan angan. Semangat perjuangan tidak didukung dengan semangat pembangunan. Yang sangat menyedihkan lagi, ada pemimpin  5  tahun tidak ada karya sama sekali, hanya menjalankan roda  pemerintahan, mengikuti air mengalir,  bakal mencalonkan diri kembali untuk menjabat  5  tahu mendatang. Kabupaten itu yang sudah tertinggal jauh dari kabupaten pemekaran lainnya, tertinggalnya bakal semakin jauh.  Kata akhir, dan lahir dari nurani paling dalam,  “hai pemimpin bangun bangun…..bangun.

Usmandie A Andeska

Wartawan di Jakarta, Mantan Ketua Tim Komunikasi Politik Pejuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung