Potensi Berlimpah
Dihadapan Gubernur Rosihan Arsyad, saya katakan, bahwa potensi wilayah Bangka Belitung, bukan hanya tambang timah. Masih banyak potensi lainnya, yang belum digarap. Karena itu, menjadi suatu alasan kuat, bahwa dengan provinsi sendiri, kami ingin mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam Bangka Belitung, demi mempercerpat kesejahteraan rakyatnya.
Saya sampaikan, sebagai daerah kepulauan, Bangka Belitung yang dikelilingi lautan dan berada dalam kawasan laut Cina Selatan, memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan melimpah. Selama ini, potensi perikanan Bangka Belitung, dicuri oleh para nelayan asing; Thailand, Vietnam, bahkan Cina.
Potensi perikanan ini, bisa dikembangkan dengan system budidaya yang dilakukan secara integrasi dengan industrynya. Begitu juga perikanan tangkapnya. Dengan dilengkapi pelabuhan yang memadai dan coldstroge berkapasitas besar, hasil tangkapan nelayan bisa dihargai layak. Harga ditentukan oleh nelayan berdasarkan hasil lelang, bukan ditekan oleh tengkulak.
Dengan potensi kelautannya, Bangka Belitung, tentu memiliki potensi wisata bahari yang sangat indah dan bernilai tinggi. Pantai pantai di kawasan Bangka Belitung, berpasir putih bersih. Di sekelilingnya ada pulau pulau kecil yang sangat eksclusif hingga mampu membuat para pelancong bertahan lama, dan betah.
Potensi lain, Bangka Belitung memiliki wilayah yang relative luas untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian dan perkebunan. Kendati masyarakat Bangka Belitung dilatar belakangi masyarakat tambang, namun kemampuan masyarakatb untuk bertani dan bercocok tanam, tidak kalah dengan masyarakat Jawa. Sebagai contoh saya menyebut, potensi lada Bangka Belitung dengan trade mark “Muntok White Paper” yang sudah dikenal masyarakat sejagat dunia.
Artinya dengan berbagai potensi yang dimiliki ini, tidak dasar masyarakat Bangka Belitung, bakal kelaparan, walau kadungan timah di dalam perut bumi Bangka Belitung habis. Potensi alam ada, kemauan dan kemampuan masyarakatpun sangat mendukung. Tinggal perencanaan pengembangan dan system birokrasi pemerintahannya. Bila semua ini kondusif, berinvestasi berbiaya murah, dan partisiapasi masyarakat tinggi, saya optimis bahwa target income perkapita masyarakat Bangka Belitung mendekati Singapura, bisa tercapai.
Ada argumentasi lain yang saya sampaikan. Bahwa letak Bangka Belitung sangat strategis, berada dalam jalur pelayaran dan penerbangan internasional. Dengan posisi ini, bukan tidak mungkin, bahwa Bangka Belitung, bisa berkembang menjadi Singapura kedua. Bila Singapuran sebagai pusat shopping masyarakat dunia, dan Bangka Belitung, sebagai pusat wisata dunia.
Suatu hal lain yang saya sampaikan dalam mendukung potensi sumberdaya alam Bangka Belitung, bahwa masyarakatya sangat creative.
Dengan tingginya tingkat kreativitas masyarakat, maka sesuatu yang tidak bernilai bakal menjadi bernilai tinggi. Dan Ferry sempat minta contoh tingkat kreativitas masyarakat Bangka Belitung – yang saya sebut, mampunya masyarakat perantauan Bangka Belitung di Jakarta dalam membangun dirinya sendiri hingga kemudian mereka sanggup berkompetisi dengan masyarakat lain dalam merebut peluang ekonomi di Jakarta.
Kepada Ferry dan Gubernur Rosihan, saya sempat lontarkan, apakah bapak bapak pernah keliling pinggiran kota Jakarta, disaat sore menjelang petang. Lalu apa yang bapak bapak temukan di pinggir jalan.
Tanpa harus menunggu jawaban, saya katakana, bapak bapak pasti akan menemukan grobak bertuliskan “martabak Bangka”.
Ini salah satu contoh, bahwa masyarakat Bangka Belitung itu sangat creative dan jeli melihat peluang usaha. Sembari canda, sempat saya lontarkan,” andaikata berbagai potensi yang saya sebutkan tadi itu hanya ilusi diri saya maka masyarakat Bangka Belitung, tidak akan mati kelaparan, hanya lantaran kandungan timah habis.
Sepahit-pahitnya untuk mempertahankan ekonomi daerah dan otonomi bisa berjalan, kami siap menjadi eksportir terbesar martabak Bangka. Ferry dan Rosihanpun tersenyum sembari menegaskan, bahwa “kau harus mengawal jalannya provinsi.”