Produksi Minyak Sawit dapat Meningkat Tanpa Mengubah Hutan Hujan dan Lahan Gambut

Meningkatkan Produksi

“Penelitian menunjukkan bahwa petani sawit memiliki peluang yang signifikan untuk meningkatkan produksi mereka,” tutur Grassini, yang juga menjadi salah satu pengembang Global Yield Gap Atlas, kolaborasi antara UNL dan Wageningen University di Belanda yang dirancang untuk memperkirakan perbedaan antara hasil aktual dan potensial untuk tanaman pangan utama di seluruh dunia termasuk minyak sawit.

“Potensi dampaknya sangat besar, dan jika kita mampu merealisasikan sebagian dari potensi itu, itu sangat berarti dalam hal mendamaikan tujuan ekonomi dan lingkungan.”

“Jika kami dapat menghasilkan lebih banyak, kami tidak perlu melakukan ekspansi ke wilayah baru.”

“Tetapi ini akan membutuhkan implementasi yang efektif dari kebijakan pemerintah Indonesia saat ini dan memastikan bahwa peraturan ditegakkan sehingga intensifikasi dan peningkatan produktivitas diterjemahkan ke dalam menyelamatkan ekosistem alam yang kritis,” ujar Grassini.

Lantas Monzon menilai, kesenjangan antara hasil saat ini dan yang dapat dicapai dapat dijembatani dengan menerapkan praktik agronomi yang baik.

“Hasilnya, negara bisa memproduksi 68 persen lebih banyak minyak sawit di areal perkebunan yang ada yang terletak di tanah mineral,” paparnya.

Grassini dan para peneliti lainnya juga mengidentifikasi praktik manajemen utama yang dapat menghasilkan hasil yang lebih besar.

Praktik-praktik tersebut termasuk metode panen yang lebih baik, pengendalian gulma yang lebih baik, pemangkasan yang lebih baik, dan nutrisi tanaman yang lebih baik.

Grassini dan peneliti lainnya sekarang bekerja dengan produsen, organisasi nonpemerintah, pejabat pemerintah Indonesia dan sejumlah mitra lainnya untuk mempraktikkan teknik manajemen ini.

Mereka sudah mulai melihat peningkatan hasil panen.

“Ini menarik dari sudut pandang lingkungan dan ekonomi juga berdampak besar pada jutaan petani perorangan yang mata pencahariannya berasal dari perkebunan kelapa sawit kecil yang seringkali hanya seluas beberapa hektare.”

“Apa pun yang kami lakukan untuk membantu petani memproduksi lebih banyak minyak sawit di lahan yang secara langsung berdampak pada pendapatan mereka dan berdampak langsung pada keluarga mereka.”

“Bisa jadi perbedaan antara menyekolahkan anak atau tidak.”

Menurut Grassini, tahap pertama penelitian telah mengidentifikasi kesenjangan hasil mengejutkan.

Baca juga: Benarkah Sawit Penyebab Deforestasi?

Indonesia telah melalui periode intensifikasi pertanian yang menghasilkan hasil yang lebih baik untuk beras dan jagung dan dia tidak mengantisipasi bahwa ada banyak ruang untuk perbaikan dalam hal kelapa sawit.

Tapi penelitian tahap kedua yang benar-benar menggairahkannya.

Begitu banyak orang dari berbagai latar belakang yang berbeda bekerja sama untuk menyempurnakan strategi manajemen dan mempraktikkannya.

Hanya dalam waktu 15 bulan, hasil di petak uji sudah naik, dengan potensi pertumbuhan lebih besar di masa mendatang.

“Pendidikan yang kuat dan upaya penyuluhan akan menjadi kunci keberhasilan,” pungkas Grassini. (*)