Produk Kayu Sustainable Indonesia Kian Dipercaya Pasar Inggris

3000 Pelaku Usaha Tersertifikasi SVLK

Selain kemanfaatan ekonomi, sistem verifikasi nasional Indonesia telah turut mengurangi deforestasi dan penebangan kayu liar selama tiga tahun terakhir, saat ini tercatat terdapat 24 juta hektare lahan hutan dan dengan 3000 pelaku usaha telah tersertifikasi SVLK.

Sementara Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Dr. Alue Dohong dalam sambutannya menegaskan bahwa sistem SVLK menjamin legalitas kayu dan sustainability hutan guna memenangkan kepercayaan dan meyakinkan pasar internasional bahwa produk kayu Indonesia berasal dari sumber yang legal dan berkelanjutan.

Senada dengan Lord Goldsmith, Alue Dohong menggarisbawahi peran SVLK telah berhasil membantu dalam memangkas penebangan dan perdagangan kayu liar dan di saat yang sama memberikan manfaat ekonomi secara nasional.

Nilai ekspor produk industri kehutanan Indonesia ke seluruh dunia mencapai US$11,6 miliar pada tahun 2019, meningkat hampir dua kali lipat sejak implementasi SVLK tahun 2013.

Di sisi lain, proporsi illegal timber menurun dari 80 persen sebelum implementasi SVLK menjadi 29,1 persen tahun 2019.

Baca juga: Memberi Peran Masyarakat Lokal dalam Rehabilitasi DAS

Kredibilitas dan penerimaan sistem SVLK di pasar kayu internasional tidak terlepas dari komitmen seluruh stakeholders dalam pelaksanaan verifikasi dan sertifikasi, termasuk oleh komunitas kehutanan dan lembaga sertifikasi.

Dalam sesi diskusi, panelis mencatat turunnya ekspor kayu Indonesia ke Inggris hingga sebesar 24 persen ke US$144 juta selama periode Januari-Agustus 2020 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tren penurunan serupa juga terjadi hampir di seluruh wilayah Eropa, yang secara umum diakibatkan karena pandemi Covid-19.

Namun, secara umum, sejak diterapkannya SVLK, ekspor kayu Indonesia mengalami peningkatan khususnya di Inggris.

Lebih lanjut, importir Inggris yang diwakili oleh Timber Trade Federation dan British Retail Consortium menyampaikan mengenai meningkatnya kepedulian konsumen terhadap produk yang legal dan berkelanjutan.

Pasar Inggris secara umum suka dengan kayu bersertifikasi karena mempermudah proses impor serta memiliki story value bagi konsumen yaitu produk kayu Indonesia ramah bagi lingkungan hidup.

FLEGT juga merupakan framework yang penting bagi retailers di Inggris karena menekankan transparansi. Semakin banyak konsumen Inggris yang mengadopsi “ethical purchasing”, yakni mengharapkan legalitas dalam produk kayu, memastikan sumber produknya, serta jaminan produk yang dibeli tidak menyebabkan deforestasi.

Konsumen Inggris bahkan rela membeli produk tersertifikasi sustainable dengan harga premium.

Dengan perubahan perilaku ini, para importir berharap Pemerintah Inggris dapat memberikan insentif bagi penggunaan kayu berkelanjutan oleh industri kayu Inggris, seperti yang telah diterapkan di sektor lainnya terkait lingkungan hidup, yaitu kendaraan listrik.

Dari sisi supply, eksportir mengapresiasi komitmen pemerintah RI melalui implementasi SVLK dalam ekspor produk kayu Indonesia.