Persepsi Positif Sawit Harus Terus Dibangun untuk Tangkal Kampanye Negatif

Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi menilai, isu-isu yang menyerang kelapa sawit sulit berakhir dikarenakan industri kelapa sawit menjadi primadona minyak nabati dunia. Foto: GAPKI
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi menilai, isu-isu yang menyerang kelapa sawit sulit berakhir dikarenakan industri kelapa sawit menjadi primadona minyak nabati dunia. Foto: GAPKI

TROPIS.CO, JAKARTA – Kampanye negatif sawit tetap akan marak selama minyak sawit menjadi pemegang pangsa terbesar dalam pasar minyak nabati dunia.

Oleh arena itu, pemerintah dan pelaku usaha harus terus membangun persepsi yang positif tentang sawit baik di dalam maupun di luar negeri.

Hal itu dikatakan Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tofan Mahdi di sela acara penyerahan santunan yang dilakukan Forum Jurnalis Sawit (FJS) bersama industri sawit kepada anak-anak panti asuhan di Jakarta, Sabtu (8/5/2021).

“Karena itu, perlu strategi kampanye positif yang sistematis.”

Bila perlu strategi kita melakukan kampanye ofensif untuk menyerang minyak nabati nonsawit yang terbukti lebih merusak lingkungan karena penggunaan lahan yang jauh lebih besar dan tingkat produktivitas tanaman yang lebih rendah dibandingkan minyak sawit,” kata Tofan.

Tofan, yang saat ini menjabat sebagai Senior Vice President Communication PT Astra Agro Lestari Tbk, menjelaskan perlu ada sinergi para pemangku kepentingan dalam mata rantai industri kelapa sawit guna merumuskan strategi komunikasi yang efektif di tengah tingginya kampanye hitam terhadap komoditas sawit.

“Kehadiran badan layanan umum pemerintah, BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), semakin mendukung program komunikasi dan kampanye positif sawit ini,” tuturnya.

Pasalnya, lebih dari satu dekade sektor kelapa sawit menjadi sasaran kampanye hitam.

Meski demikian, Tofan menjelaskan bahwa saat ini komunikasi dan kampanye positif sawit sudah sangat baik dibandingkan sepuluh tahun lalu.

Yang menggembirakan, perusahaan-perusahaan sawit juga memiliki kesadaran kolektif untuk ikut membangun komunikasi dan kampanye positif sawit.

“Sekarang perusahaan-perusahaan sawit besar sudah memiliki divisi atau departemen komunikasi, ini sangat positif,” ujarnya.

Tofan juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 ini mengakibatkan ekonomi sulit bergerak.

Di tengah situasi sulit seperti sekarang ini, kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

Hal ini disebabkan Indonesia memiliki komoditas kelapa sawit yang nyaris tidak terdampak pandemi Covid-19.

Bahkan komoditas sawit menjadi salah satu penyelamat perekonomian nasional di tengah pandemi.

Baca juga: Jelang Lebaran, FJS dan Industri Sawit Muliakan Anak Yatim Piatu