Pengelola Kebun Binatang Mulai Kesulitan Biaya Pemeliharaan Satwa

Pengelola kebun binatang dan lembaga konservasi mengharapkan kepedulian masyarakat untuk ikut membantu biaya pemeliharaan satwa di era pandemi covid 19. Sejumlah kebun binatang dan lembaga konservasi ketersedian dananya hanya cukup sampai Juli besok. Foto: KLHK
Pengelola kebun binatang dan lembaga konservasi mengharapkan kepedulian masyarakat untuk ikut membantu biaya pemeliharaan satwa di era pandemi covid 19. Sejumlah kebun binatang dan lembaga konservasi ketersedian dananya hanya cukup sampai Juli besok. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Sejumlah kebun binatang dan lembaga konservasi  kini  terpaksa mulai mengganti jenis pakan satwa  yang lebih rendah biayanya tapi memiliki kandungan nutrisi  yang sama dengan jenis pakan sebelumnya karena terdampak pandemi Covid-19.

Tindakan ini dilakukan demi menekan biaya oprrasional agar pengelolaan kebun binatang dan lembaga konservasi tetap bertahan dalam masa pandemi Covid-19.

Mengingat ada sebagian diantara kebun binatang dan lembaga konservasi itu kemampuan pendanaannya hanya bertahan hingga Juli besok.

“Dan untuk bertahan, di tengah keterbatasan anggaran dan bahan pakan, kami kini terpaksa menerapkan Metoda Allometric Scalling dalam pemberian pakan dengan menghitung kebutuhan nutrisi setiap individu satwa,” kata Ketua Umum Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Rahmat Shah di Jakarta, Jumat (15/5/2020).

“Ada beberapa jenis pakan terpaksa  diganti dengan jenis lain yang nutrisinya tetap sama namun biayanya bisa ditekan.”

“Mudah mudahan pandemi ini tidak berkepanjangan karena sebagian Lembaga konservasi  hanya mampu bertahan hingga bulan Juli 2020,” ujar Rahmat Shah.

Dia menjelaskan bahwa sumber pendapatan utama untuk biaya pengelolaan kebun binatang dan lembaga konservasi hanyalah dari penjualan tiket masuk setiap pengunjung.

Namun sejak tutup Maret lalu, semua kebun binatang dan lembaga konservasi kehilangan sumber pendapatan.

“Kita tutup sementara untuk pengunjung demi mendukung sepenuhnya upaya pemerintah memutus mata rantai penyebaran Covid-19″

“Konsekuensi dari penutupan sementara itu kehilangan pendapatan, sebab dari penjualan tiket pengujung inilah sumber biaya pengelolaan satwa dan karyawan,” tuturnya.

Padahal semua kegiatan, seperti  perawatan dan  mempertahankan satwa tetap berlangsung setiap hari.

Satwa harus diberi makan dengan standar nutrisi yang sama dan kesehatan satwa tetap dikontrol oleh para dokter hewan.

Lingkungan sekitarnya pun harus selalu bersih dan semuanya membutuhkan dana yang cukup besar setiap bulannya.

Namun, Rahmat tidak menyebut berapa besar  dan yang diperlukan setiap bulan oleh masing masing kebun binatang dan lembaga konservasi.

“Pokoknya sangat besar setiap bulannya,” jawabnya tanpa menyebutkan angka.

Betapapun beratnya beban, setiap Lembaga konsrvasi senantiasa berkomitmen dan memiliki tanggung jawab yang besar.

Apalagi Lembaga anggota PKBSI banyak menerima titipan satwa dilindungi seperti jenis burung kakatua, buaya, kura-kura serta berbagai jenis satwa lainnya.

Jumlahnya memang bervariasi, ada yang  beberapa ekor, tapi ada pula yang hingga puluhan.

Bahkan untuk jenis satwa tertentu bisa mencapai ratusan hingga ribuan jumlahnya.

Karena itu, Ketua Umum PKBSI itu sangat mengharapkan perhatian dan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan berbagai pihak dalam upaya mempertahankan kesejahteraan satwa ini.

“Sungguh kami juga mengundang kepedulian masyarakat luas melalui program donasi “Food for Animal,” ucap Rahmat Shah.

Ia menyebutkan, seluruh hasil dari donasi ini akan disalurkan kepada kebun binatang dan lembaga konservasi yang benar-benar membutuhkan, terutama untuk pembiayaan pakan satwa dan obat-obatan selama masa pandemi Covid-19 ini.

“Tentu kami akan mempertanggungjawabkan seluruh donasi masyarakat secara transparan, termasuk menyeleksi LK yang sangat membutuhkan bantuan, baik selama masa pandemi maupun masa recovery pasca pandemi ini,” pungkasnya. (Trop 01)