Optimasi Lahan Rawa Siap Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Dalam upaya menjamin ketersediaan stok bahan pangan telah dilaksanakan berbagai program peningkatan produksi pertanian, salah satunya adalah kegiatan optimasi lahan pertanian di daerah rawa yang dilaksanakan dengan melibatkan petani secara langsung melalui pola padat karya. Foto: Kementan
Dalam upaya menjamin ketersediaan stok bahan pangan telah dilaksanakan berbagai program peningkatan produksi pertanian, salah satunya adalah kegiatan optimasi lahan pertanian di daerah rawa yang dilaksanakan dengan melibatkan petani secara langsung melalui pola padat karya. Foto: Kementan

TROPIS.CO, JAKARTA – Dalam situasi pandemi Covid-19, Kementerian Pertanian (Kementan) tetap fokus pada penyediaan bahan pangan untuk masyarakat.

Dalam upaya menjamin ketersediaan stok bahan pangan tersebut telah dilaksanakan berbagai program peningkatan produksi pertanian, salah satunya, adalah kegiatan optimasi lahan pertanian di daerah rawa yang dilaksanakan dengan melibatkan petani secara langsung melalui pola padat karya.

Dalam pengembangan infrastruktur lahan pertanian melalui pola padat karya ini, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan di tahun 2020 ini telah mengalokasikan kegiatan optimasi lahan rawa di 14 provinsi.

Adapun komponen kegiatan dari optimasil lahan rawa ini antara lain, rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi, tanggul, pintu air di tingkat usaha tani, pengadaan pompa air, pengadaan pipa, gorong gorong, pembangunan jembatan usaha tani serta penyiapan/pengolahan lahan.

Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi peningkatan indeks pertanaman dan/atau produktivitas pertanian di lahan rawa, dari yang semula melaksanakan pertanaman satu kali dalam setahun menjadi dua kali dalam setahun.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pangan, Panen Raya Terus Berlanjut di Sumatera Selatan

Selain itu melalui kegiatan optimasi lahan rawa diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan untuk petani setempat, melalui insentif tenaga kerja pada kegiatan perbaikan infrastuktur lahan dan air.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, optimasi lahan rawa merupakan jawaban untuk ketersediaan ketahanan pangan Indonesia di masa depan, di tengah pertumbuhan penduduk yang semakin cepat sementara lahan pertanian makin terpinggirkan keberadaaanya.

“Kegiatan optimasi lahan rawa tidak hanya fokus pada pekerjaan infrastruktur lahan dan air di lahan rawa,” kata Mentan SYL dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (18/4/2020).

Namun, lanjut Mentan SYL, lokasi-lokasi yang masuk ke wilayah optimasi lahan rawa dapat mengusulkan kembali bantuan sarana produksi pertanian, seperti herbisida, dolomit, benih, pupuk hayati, pupuk NPK, ternak (itik), hortikultura, dan bantuan lainnya dari pemerintah.

“Sehingga program optimasi lahan rawa ini tujuan akhirnya memberikan nilai tambah bagi pertani,” ujar Mentan SYL lagi

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani, dalam upaya pengembangan kawasan dan/atau cluster berbasis korporasi petani.

Dijelaskannya, perbaikan sarana dan prasarana merupakan salah satu fokus program optimalisasi lahan rawa, termasuk, perbaikan infrastruktur saluran air ke sawah.

Kendala dalam peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas lahan rawa di antaranya adalah tingkat kesuburan lahan yang rendah dan kemasaman tanah yang tinggi, rezim air yang fluktuatif, infrastruktur lahan dan air yang masih terbatas, teknis dan pola pengolahan lahan rawa yang belum dilaksanakan dengan baik, dan ingginya biaya usaha tani di lahan rawa.

Baca juga: Di Tengah Covid-19, Petani OKI Tetap Semangat Panen Raya

“Maka optimasi lahan rawa pertanian dilaksanakan dalam rangka perbaikan infrastruktur lahan dan air dengan prioritas pada kegiatan perbaikan tata air mikro, rehabilitasi atau pembangunan pintu-pintu air, serta peningkatan kualitas serta kesuburan lahan rawa tersebut,” ungkap Sarwo Edhy.

“Melalui kegiatan optimasi lahan rawa diharapkan kelebihan air di lahan pertanian pada musim hujan dapat diatur dan dibuang, sementara kekurangan air pada musim kemarau bisa tertanggulangi melalui pompanisasi.”

“Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya, sawah rawa bisa ditanami sepanjang tahun sebanyak dua kali bahkan sampai tiga kali ” pungkasnya. (*)