MUI Implementasikan Green Growth Lewat Eco Masjid

Ir. Sarwono Kusumaatmadja mengungkapkan pertumbuhan hijau adalah pertumbuhan yang dapat dinikmati secara merata oleh para pelaku yang terlibat atau bersifat inklusif, partisipatif, lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Foto : Youtube
Ir. Sarwono Kusumaatmadja mengungkapkan pertumbuhan hijau adalah pertumbuhan yang dapat dinikmati secara merata oleh para pelaku yang terlibat atau bersifat inklusif, partisipatif, lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Foto : Youtube

TROPIS.CO, JAKARTA – Praktik ekonomi yang dilakukan manusia selama ini telah menimbulkan berbagai dampak buruk, seperti masalah sampah, krisis air bersih, krisis energi, perubahan iklim, pemanasan global, ancaman kelangkaan pangan, dan sederet persoalan lain.

Karena itu konsep pertumbuhan hijau (green growth) kini semakin mengusik banyak orang.

Apa itu pertumbuhan hijau?

Pertumbuhan hijau adalah pertumbuhan yang dapat dinikmati secara merata oleh para pelaku yang terlibat atau bersifat inklusif, partisipatif, lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Hal ini di Indonesia masih bersifat eksperimen, tetapi sudah dipraktikkan oleh para genius lokal.

“Mereka adalah anak-anak muda yang menggunakan aplikasi.”

“Juga banyak ibu rumah tangga yang melakukannya misalnya lewat urban farming, dan ini tidak bisa dianggap enteng,” ujar Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, saat ditemui TROPIS, dalam acara diskusi Pojok Iklim, di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, belum lama ini.

Gerak pertumbuhan hijau ini akan lebih cepat, tambah Sarwono, jika didukung oleh kebijakan publik.

“Perlu adanya kemitraan antara para praktisi (genius lokal), pengusaha, dan pemerintah,” tegasnya.

Dr. Hayu Prabowo,M.Si., Ketua PLH-SDA Majelis Ulama Indonesia menambahkan bahwa saat ini MUI pun sedang giat mengampanyekan eco ramadhan dan eco masjid.

Agama, ujarnya, menjadi penting untuk mengatasi masalah lingkungan hidup dan mendorong green growth.

“Kita kampanye tentang hemat air wudhu, misalnya untuk shalat magrib dan isya wudhu sekali saja, juga hemat lampu.”

“Kita ingin green iftar bisa dilaksanakan, jadi makanan buka puasa tanpa plastik dan tanpa bungkus. Ini kelihatannya gampang, tapi bisa mengubah supply chain,” tegasnya. (rin)