Mentan Amran : Target Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berpandangan, ada dua hal yang mesti dilakukan guna mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus lumbung pangan dunia ini, yakni pemanfaatan lahan rawa dan optimalisasi lahan tadah hujan. Foto : Warta Ekonomi
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berpandangan, ada dua hal yang mesti dilakukan guna mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus lumbung pangan dunia ini, yakni pemanfaatan lahan rawa dan optimalisasi lahan tadah hujan. Foto : Warta Ekonomi

TROPIS.CO, MALANG – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengemukakan target besar yang ingin dicapai Indonesia saat ini adalah mewujudkan negeri ini menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.

“Untuk mewujudkan mimpi sebagai lumbung pangan dunia ini, kita tetapkan peta jalan program prioritas target swasembada 11 komoditas pangan strategis, seperti padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, gula, dan daging sapi,” tutur Amran Sulaiman dalam kuliah tamu dan pemaparan empat tahun Kementerian Pertanian di bawah Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (22/11/2018).

Menurutnya, sebagai negara agraris, Indonesia punya potensi yang sangat besar, sehingga berani menargetkan untuk menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

Ada dua raksasa besar yang sedang dibangkitkan untuk mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus lumbung pangan dunia ini, yakni pemanfaatan lahan rawa dan optimalisasi lahan tadah hujan.

Ada 10 juta hektare lahan rawa yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan.

Caranya, dengan meningkatkan indeks pertanaman.

Jika sebelumnya hanya satu kali tanam dalam setahun, dengan segala teknologi yang ada, saat ini bisa tanam tiga kali dalam setahun.

Raksasa yang kedua, adalah lahan tadah hujan yang hanya bisa dimanfaatkan ketika musim hujan saja.

Namun, dengan membangun embung, lahan tadah hujan tersebut juga bisa ditingkatkan indeks pertanamannya.

“Penghargaan sebesar-besarnya kami berikan untuk semua pihak yang telah bersinergi dalam memajukan sektor pertanian.”

“Sinergi ini harus terus kita jalin secara berkelanjutan agar Indonesia bisa mencapai visinya sebagai Lumbung Pangan Dunia,” papar Mentan Amran.

Oleh karena itu, Mentan menekankan agar mahasiswa juga mampu menjadi agen perubahan.

Mampu mengubah keadaan yang ada dengan aneka terobosan dan ide-ide kreatif seperti yang telah dilakukan Kementerian Pertanian.

Berbagai capaian sektor pertanian di empat tahun pemerintah Jokowi-JK ini tidak terlepas dari kerja keras dan dukungan semua pihak termasuk para petani, peternak dan pemangku kebijakan.

Mentan Amran pun berpendapat, sebagai generasi muda, mahasiswa harus punya semangat untuk maju dan menghasilkan perubahan.

“Ini yang sudah dilakukan Kementerian Pertanian. Sudah banyak perubahan yang dihasilkan dalam beberapa tahun terakhir ini,” katanya.

Menurut Mentan, perubahan itu diawali revolusi internal.

Ada 241 regulasi yang dihapus karena tidak lagi sesuai dengan percepatan pembangunan pertanian.

Demikian pula dari sisi anggaran, ada Rp800 miliar anggaran perjalanan dinas dan seremonial yang direalokasikan untuk kepentingan petani.

“Kami fokuskan itu untuk membeli bibit, obat-obatan dan mesin untuk petani,” ungkap Mentan.

Dari revolusi internal itu, hasilnya sangat signifikan.

Dari sebelumnya negara pengimpor pangan, saat ini Indonesia sudah menjadi negara pengekspor pangan.

Ada peningkatan ekspor sebesar 24 persen dengan nilai mencapai Rp441 triliun.

Selain itu, pemanfaatan teknologi berdampak besar bagi peningkatan produksi pertanian.

Dengan menggunakan alat dan mesin pertanian, negara bisa menghemat Rp361 triliun.

Jika menanam padi secara manual, untuk satu hektare dibutihkan 25 hari, tetapi dengan alsintan, cukup tiga jam saja.

Penggunaan alsintan juga bisa menekan angka kehilangan (loses) hasil panen yang sebelumnya bisa mencapai 10 persen.

Oleh karenanya, Kementerian Pertanian menggenjot pemanfaatan alsintan hingga mengalami kenaikan mencapai 2000 persen.

Bahkan, saat ini Kementerian Pertanian sudah mengembangkan traktor yang bisa dioperasikan secara otomatis.

“Petani bisa melakukan tanam dan panen dari rumah, semuanya sudah diprogram, tanpa harus dikemudikan sendiri.”

“Jadi sambil bercengkerama di rumah, tanam dan panen tetap bisa jalan,” ujar Mentan Amran.

Dia pun mengemukakan salah satu terobosan yang dilakukan di era Pemerintahan Jokowi-JK adalah Asuransi Pertanian.

Asuransi ini untuk melindungi petani dari risiko kerugian akibat kegagalan panen akibat bencana alam dan serangan hama.

Program asurasi juga diperluas ke sektor peternakan bagi ternak sapi.

Menyinggung kontribusi sektor pertanian terhadap inflasi, Mentan Amran menyatakan cukup signifikan.

Terkendalinya harga pangan menyebabkan inflasi bahan makanan tahun 2017 sebesar 1,26 persen, jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan 2013 sebesar 11,35 persen.

Pada 2017 inflasi bahan makanan juga di bawah inflasi umum yang masih sebesar 3,61 persen.

“Menurunnya inflasi bahan makan terjadi karena stabilnya harga pangan yang dapat dinikmati konsumen akibat pasokan produksi dalam negeri sangat memadai, terutama pangan beras yang kontribusinya cukup besar terhadap inflasi bahan makanan,” pungkas Mentan Amran. (*)