Mangrove Pengungkit Peran Perempuan

TROPIS.CO, LOMBOK TIMUR – Wajah Ibu Jumisah berseri, sebersit senyum kecil menghias wajahnya ketika menceritakan Program Padat Karya Penanaman Mangrove (PKPM) Kemen LHK telah membantu ekonomi keluarga mereka, “Saat wabah Corona melanda, Program ini sangat membantu kami untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Seperti beli beras, bayar sekolah anak, juga membeli air”, ujar beliau. Ibu Jumisah salah seorang anggota Kelompok Pade Maju yang melaksanakan Program PKPM di Desa Seriwe, Kecamatan Jero Waru, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Program PKPM Kemen LHK dilaksanakan di pesisir Pantai Jempol dengan jumlah penerima manfaat 169 orang, lokasi penanaman mangrove seluas 35 hektar dengan pola rumpun berjarak dan penanaman intensif. Karakter Pantai Jempol yang berpasir, intensitas pasang surut tinggi serta selalu bergelombang, maka masyarakat memagari tanaman mangrove dengan kotak terbuat dari bambu. “Dengan dibuat pagar, pasir bisa bertahan dari arus air, sehingga bibit mangrove tidak tumbang”, terang Pak Haeudin, Ketua Kelompok Pade Maju.

Rombongan Tenaga Ahli Menteri LHK melakukan Kunjungan Kerja ke Kelompok ini untuk monitoring pelaksanaan Program PKPM sekaligus berdiskusi memecahkan masalah bersama dengan masyarakat. Anggota Rombongan TAM LHK adalah Anang Sudarna, Ariyanto, Muhammad Nisfiannoor, Rivani Noor dan Taruna Jaya.

Sambutan masyarakat terhadap Program ini sangat baik, serta menumbuhkan semangat kuat, “Kalau tidak dibatasi, rasanya semua warga desa ingin menjadi pelaksana langsung”, kata Pak Hudayana, Kepala Desa Seriwe, “Kami lakukan seleksi berdasarkan data yang diberikan oleh Kepala Dusun”. Pelaksana Program PKPM ini sebagian besar adalah perempuan. Ibu-ibu yang bekerja dengan tekun dan gembira terkadang sambil mengasuh anaknya.

Ketika Rombongan memasuki Desa Seriwe terlihat kelompok Ibu-ibu sedang memotong, menyerut untuk menghaluskan dan menganyam bambu yang akan dipergunakan sebagai pagar tanaman mangrove. “Kami tidak hanya membuat pagar bambu untuk mangrove, tapi juga ikut menanam mangrovenya”, kisah Ibu Jumisah dengan lancar. Ibu ini fasih menjelaskan proses pembuatan pagar bambu, menanam mangrove bahkan menerangkan manfaatnya.

“Program PKPM memang singkat, tapi manfaatnya pasti berjangka panjang. Untuk itu fungsikan program ini sebagai proses mengenali masalah pembangunan desa dan merumuskan solusinya. Para perangkat desa dan masyarakat saling bekerjasama mengelolanya, sampaikan dengan baik melalui surat kepada Pemerintah, yakinlah pasti akan diperhatikan”, kata Pak Anang menyampaikan pengalaman beliau sekaligus memberikan saran.

“Rekaman proses, dokumentasi sederhana namun inovatif dan kreatif, penting selalu dilakukan. Pergunakan media sosial sebagai sarana untuk membagikannya. Karena pengalaman dan pengetahuan Bapak Ibu sekalian penting diketahui oleh masyarakat luas serta para pengambil keputusan”, imbuh Pak Ariyanto. “Di era media sosial, kegiatan yang baik seperti ini pasti akan diperhatikan, saya yakin jika didokumentasi, diolah menjadi bahan informasi kemudian didistribusikan dengan baik, pasti akan mendapat perhatian dari Kemen LHK, termasuk oleh Ibu Menteri LHK”, kata Pak Nisfiannoor.

Diskusi di pinggir pantai ini tekun disimak oleh pengurus dan anggota Kelompok Pade Maju. Ibu-ibu duduk rapih dengan wajah penuh harapan. Program PKPM membuka, menyediakan serta mengungkit peran mereka bagi ekonomi rumah tangga maupun lingkungan hidup, “Semoga Bapak Presiden, Ibu Menteri dan Pak Wakil Menteri LHK berkenan melanjutkan program ini. Program yang bermanfaat langsung ke masyarakat desa seperti kami. Terimakasih Pak Presiden, Ibu Menteri dan Pak Wakil Menteri”, ucap Ibu Jumisah beserta Ibu-ibu lainnya sebelum diskusi ditutup.

Rivani Noor
Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan