Manfaatkan Limbah B3 Melalui Model Ekonomi Sirkular

Smelter-smelter pengolahan bijih nikel secara pyrometallurghy menimbulkan limbah berupa slag nikel (B403) dalam jumlah besar. Foto: KLHK
Smelter-smelter pengolahan bijih nikel secara pyrometallurghy menimbulkan limbah berupa slag nikel (B403) dalam jumlah besar. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Persoalan limbah  B3 bukan menjadi hambatan dalam berinvestasi justru hendaknya dimanfaatkan melalui model ekonomi sirkular yang diyakini tak hanya berdampak positif pada lingkungan hidup, tapi juga mampu menguatkan struktur ekononomi masyarakat sekaligus menguatkan daya saing produk pertambangan.

Demikian benang merah dari  suatu seminar secara virtual atau webinar terkait pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) di industri pertambangan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dengan narasumber sejumlah praktisi dan pakar pertambangan yang berlangsung di Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Ketua CoRE Mining Environment & Mine Closure Fakultas Teknik Pertambangan & Perminyakan ITB Rudi Sayoga Gautama menyampaikan bahwa good mining practise perlu dilakukan kalangan perusahaan tambang besar maupun kecil agar dampak dari kegiatan pertambangan itu terhadap lingkungan hidup bisa diminimalisir.

Menurutnya, peluang untuk memanfaatkan limbah B3 untuk perbaikan lingkungan di areal tambang sangat memungkinkan antara lain penggunaan fly ash dan bottom ash sebagai material penudung (enkapsulasi) batuan pembentuk asam (PAF) untuk mencegah pembentukan air asam tambang.

Baca juga: Dalam Forum FAO, Wiratno Sebut Pendekatan Ekowisata Berbasis Masyarakat Menjamin Ekosistem Berkelanjutan

Rudi dalam paparannya memberikan contoh, PT Berau Coal berhasil menghemat Rp27,5 miliar dari kegiatan pemanfaatan oli bekas, grease bekas dan kidney loop pada tahun 2019 serta meminimisasi pengunaan sumber daya sebesar 54.45 ton grease, 973.05 ton fuel dan 1.004 ton oli.

Sedangkan, PT Bukit Asam melalui inovasi penggantian kendaraan menjadi hybrid dump truck dapat menghemat Rp7,4 miliar dan menurunkan jumlah oli bekas 129,64 ton di tahun yang sama.

Nilai ekonomi dari penerapan sirkular ekonomi limbah B3 faktanya memang mencapai milyaran rupiah.

Nilai tersebut akan lebih besar lagi bila dijumlahkan dengan multiplier effect nya. Produk-produk pemanfaatan limbah B3 yang telah memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia) dapat digunakan masyarakat sebagai kolaborasi dan sinergi antara ekonomi sirkular dan corporate social responsibility.

Kunci keberhasilan dari dua contoh baik di atas adalah inovasi dan pembinaan SDM yang baik.