Lantaran Didorong Pandemi, Petani Hutan Memasuki Era Industri 4.0

Swary Utami Dewi menilai metode e-learning dirancang untuk menghadirkan pelatihan yang mudah, murah, efektif dan efisien, namun tetap bermutu. Foto: Istimewa
Swary Utami Dewi menilai metode e-learning dirancang untuk menghadirkan pelatihan yang mudah, murah, efektif dan efisien, namun tetap bermutu. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Tidak pernah terbayangkan oleh Ramlah, seorang perempuan muda dari Masyarakat Hukum Adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, bahwa smartphone yang biasanya hanya untuk chatting dengan teman dan keluarga bisa digunakan untuk belajar jarak jauh dari tutor yang ada di Makassar, bahkan Jakarta.

Tidak terbayangkan pula oleh Andi Samsualang, petani dari Soppeng, Sulawesi Selatan, bahwa ia bisa duduk memandang langsung di layar hp, wajah Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang sedang ada di Jakarta sana.

Juga tidak terbayangkan oleh para petani di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, bahwa mereka sambil duduk di bawah langit biru, bisa belajar penuh selama 4 hari, hanya melalui smartphone-nya. Semua “keajaiban” ini ditemukan di gelaran pelatihan virtual Pendampingan Perhutanan Sosial yang telah mulai dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sejak akhir April 2020.

Dan tanpa disadari, kini mereka bukan lagi petani hutan yang selalu bermandi keringat. Harus selalu perpakaian kumal. Terkesan lugu dan lemah, memanut instruksi tanpa berargumentasi.

Pandemi Covid 19, telah “memaksa” mereka pindah ke alam baru. Pikiran  cerdas Menteri Siti Nurbaya, menjadikan Program pelatihan e -learning, sebagai solusi kegiatan kreatif produktif dan inovatif di tengah pandemi Covid, telah mendorong petani hutan anggota Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, memasuki era revolusi industri 4.0. Suatu  era yang membawa banyak perubahan di bidang industri dan pola hidup masyarakat.

Pelatihan e-learning atau belajar jarak jauh online “Perhutanan Sosial” (PS) yang diselenggarakan oleh KLHK selama tiga minggu, sejak 27 April hingga 15 Mei 2020, telah mampu merangkul jumlah total sekitar 1.500 peserta. Peserta sendiri berasal dari petani hutan yang sudah mendapatkan legalitas PS, beserta pendamping, baik dari unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bakti rimbawan maupun penyuluh kehutanan.

Bila teknologi dikuasai, kemampuan aplikasi kian trampil, dimanapun posisi dan lokasi tak lagi jadi masalah, yang penting sinyal baik dan ful

Bisa dikatakan, sejauh ini belajar jarak jauh via zoom dan LMS ini relatif berjalan mulus. Kendala yang sesekali muncul, khususnya menyangkut hal-hal teknis seputar gangguan internet bisa diatasi dengan baik. Dalam waktu dekat, mulai 3 Juni 2020 akan digelar lagi pelatihan gratis serupa untuk 1.500 petani hutan dan pendamping lainnya.

Metode e-learning ini sendiri memang dirancang untuk menghadirkan pelatihan yang mudah, murah, efektif dan efisien, namun tetap bermutu, serta dapat menjangkau masyarakat sampai ke pelosok (misalnya Maluku dan Maluku Utara).Cara belajar jarak jauh ini juga berhasil menghadirkan sesuatu yang baru bagi petani dan sebagian pendamping dan tutor.

Ternyata hanya dengan menggunakan perangkat smartphone ataupun laptop dan keberadaan koneksi internet, mereka dapat mengikuti pelatihan selama empat hari dan mendapatkan pengetahuan dari narasumber yang kompeten, tanpa harus beranjak dari tempat tinggalnya. Sesekali memang muncul masalah sinyal, tapi secara umum bisa diatasi. Pendeknya, semua menjadi terhubung, baik peserta, tutor, admin, maupun pelaksana kegiatan e-learning ini.

Pesertapun terkesan, merasa puas dan menyampaikan apresiasi terhadap e-leaning ini. Febriansya, seorang petani muda dari Kelompok Tani Hutan Desa Kelubi, Manggar, Kepulauan Bangka Belitung, menyatakan ia dan teman-temannya semula merasa was-was apakah bisa bergabung di pelatihan karena terbatasnya fasilitas serta koneksi internet yang kurang mendukung.