KUB Terbukti Tingkatkan Kesejahteraan Petani Sukoharjo

Kementerian Pertanian dalam lima tahun terakhir gencar memberikan bantuan Alsintan yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka meningkatkan produksi pangan. Foto: Kementan
Kementerian Pertanian dalam lima tahun terakhir gencar memberikan bantuan Alsintan yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka meningkatkan produksi pangan. Foto: Kementan

TROPIS.CO, SUKOHARJO – Pertanian yang maju mandiri dan modern, terbukti bisa memberikan kesejahteraan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kepodang Topo di Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng).

Inovasi teknologi yang dikemas KUB ini bisa menjadi contoh petani lainnya.

Pengelola KUB Kepodang Topo, Ikhsan mengatakan, pada awalnya, sekitar tahun 2018 lalu KUB ini dikembangkan di Desa Dalangan di lahan seluas 170 hektare.

Lantaran petani yang berminat cukup banyak, wilayah kerja KUB diperluas di enam desa, meliputi Desa Majasto, Pojok, Kateguhan, Ponowaren, Tangkisan dan Dalangan.

“Kini luas areal sawah yang dikelola KUB sudah bertambah sebanyak 1.033 hektare dengan jumlah petani sekitar 2.400 orang,” ujar Ikhsan di Sukoharjo, Minggu (12/4/2020).

Ikhsan mengatakan, petani yang tergabung di KUB tak perlu repot lagi dalam mengembangkan usaha taninya.

Baca juga: Ini Fungsi Elektronik RDKK dan Syarat Dapatkan Kartu Tani untuk Pupuk

Pasalnya, petani bisa menyerahkan pembibitan, olah tanah dan panen kepada manajemen KUB dan pengelolaan alsintan melalui UPJA sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan alat dan mesin pertanian guna memperoleh keuntungan bagi anggota KUB.

Alat mesin pertanian (Alsintan) yang dikelola oleh UPJA di KUB Kepodang Topo berupa satu unit ekskavator, dua unit traktor roda empat, dan dua unit transplanter, serta satu unit truk.

Saat ini pihaknya sedang mengupayakan penambahan combine harvester dan pembeliannya akan diupayakan melalui sistem kredit usaha rakyat (KUR).

Menurut Ikhsan, dalam olah lahan, pembibitan sampai panen, petani hanya dikenakan biaya Rp1,5 juta per patok (lengkap).

Jadi, petani tinggal melakukan pengawasan dan perawatan sampai panen.

“Semua pembibitan, olah lahan hingga panen dilakukan dengan alsintan sehingga prosesnya cepat sekali,” tuturnya.

Ikhsan juga mengatakan, setelah panen, hasil panennya akan dikelola KUB.

Artinya, gabah yang dipanen dibeli KUB dengan harga Rp4.300 hingga Rp 4.500/Kg gabah kering panen (GKP), selanjutnya, gabah tersebut diproses di mesin penggilingan padi milik KUB.

“Karena sudah diserahkan ke KUB, petani tinggal terima bersihnya saja.”

“Dengan bekerjasama dengan KUB petani sangat diuntungkan sebab biaya usaha tani yang dibebankan ke petani menjadi lebih murah,” ujar Ikhsan.

Dia menyebutkan, untuk olah tanah menggunakan alsintan ini hanya dikenakan biaya Rp100 ribu/1.000 meter per segi.

Tanam Rp250 ribu/1.000 meter per segi dan untuk panen Rp100 ribu/1.000 meter per segi.

Sesuai kalkulasi Ikhsan, petani yang mempunyai lahan 1 hektare, rata-rata mampu menghasilkan padi sebanyak 5,5 ton-6,5 ton per hektare.

Apabila harga GKP Rp 4.300 /Kg- Rp 4.500/Kg, dengan dikurangi biaya produksi sekitar Rp9 juta, petani masih mampu mendapatkan keuntungan Rp20 juta/hektare/musim.

“Bahkan, petani yang hanya punya lahan satu patok, masih mampu mendapatkan penghasilan Rp8 juta/patok/musim,” ungkap Ikhsan.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, bantuan Alsintan ke petani harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Pasalnya, petani yang menggunakan Alsintan usaha taninya lebih efektif dan efisien.

“Kalau dulu petani membajak sawah dengan alat tradisional butuh waktu lima sampai enam hari per hektare.”

“Dengan memanfaatkan traktor, petani hanya butuh waktu tiga jam per hektare sehingga penggunaan Alsintan 40 persen lebih efisien,” tutur Mentan SYL.

Alsintan tersebut jka dikelola dengan baik bukan hanya mendorong indeks pertanaman (IP) petani dari yang semula dua kali per tahun menjadi tiga kali per tahun, tapi juga meningkatkan produktivitas tanaman.

Kementan dalam lima tahun terakhir juga gencar memberikan bantuan Alsintan.

“Kami berharap bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka meningkatkan produksi pangan,” ujar Mentan SYL.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menambahkan, dengan mekanisasi pertanian dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja petani lantaran anak muda enggan turun ke sawah.

Terlebih lagi, upah buruh tani yang masih rendah, maka dengan UPJA diharapkan dapat menarik minat anak-anak muda utk ikut mengambil peranan di bidang pertanian, khususnya dalam bidang pengelolaan jasa Alsintan.

“Oleh karena itu, keberadaan modernisasi pertanian dengan penggunaan Alsintan bakal mampu menarik petani muda.”

“Tak hanya menarik minat saja, penggunaan Alsintan juga mampu menekan biaya produksi,” ujarnya.

Baca juga: Petani Nabire Panen di Areal Cetak Sawah Baru

Dikatakan Sarwo Edhy, apabila Alsintan bisa dikelola dengan baik akan memberi penghasilan tambahan bagi anggota Poktan (kelompok tani) atau Gapoktan (gabungan kelompok tani).

Terlebih Poktan atau Gapoktan bisa membentuk usaha pelayanan jasa Alsintan (UPJA), koperasi dan kelompok usaha bersama (KUB) untuk mengembangkan alsintan yang diberikan dalam bentuk bantuan pemerintah.

Lebih dari itu, Sarwo juga mengatakan, Alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil.

Pengelolaan UPJA dengan baik dan berkembang menjadi KUB terbukti bisa mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan petani. (*)