Kamuflase Informasi Deforestasi Indonesia

Dr.Afni Zulkifli, M.Si, Tenaga Ahli Menteri LHK, Mantan Pemred Pekanbaru Pos dan JPNNTV, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Foto: Istimewa
Dr.Afni Zulkifli, M.Si, Tenaga Ahli Menteri LHK, Mantan Pemred Pekanbaru Pos dan JPNNTV, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Riau. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Komunikasi secara praktik adalah informasi yang tersampaikan. Ilmu informasi bersifat multidisipliner. Sarana penyampaiannya beragam. Tujuannya macam-macam.

Di lingkup kerja pemerintahan dan politik kebijakan, komunikasi bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan dan pengakuan publik (rakyat). Selain juga menjadi alat untuk evaluasi kebijakan (policy) dan pengayaan ilmu pengetahuan (science).

Belakangan ini informasi deforestasi Indonesia didominasi dengan informasi bahwa ”Indonesia kehilangan hutan primer nomor tiga di dunia”.

Kita mulai dari posisi judul informasi.

Judul adalah kesimpulan dari seluruh informasi yang disajikan dalam badan berita. Survey menunjukkan, bahwa pembaca hanya suka membaca judul berita saja, tanpa membaca isi.

Pada case ini, pengetahuan pembaca sudah diisi dengan informasi utama bahwa Indonesia juara ketiga deforestasi di dunia.

Selanjutnya kita melangkah pada isi berita.

Dalam dunia jurnalistik dikenal teori piramida terbalik. Semakin ke bawah isinya semakin tidak penting. Pondasi piramida yang berada di atas, merupakan struktur dengan isi informasi terpenting. Inilah yang disebut dengan lead.

Lead akan jadi guidance atau membimbing pembaca ke inti informasi seluruhnya. Makanya jangan heran, banyak yang merasa cukup mendapat informasi hanya dengan membaca judul dan lead pembuka, karena menganggap paragraf-paragraf berikutnya tidak penting sehingga tidak perlu lanjut membaca.

Lead utama dari contoh case ini hanya dominan mengenai posisi Indonesia juara tiga kehilangan hutan primer di dunia. Hanya itulah akhirnya yang publik tahu, andai malas membaca.