Industri Sawit Meningkat Pesat dan Berkontribusi Besar bagi Ekonomi Indonesia

Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menilai industri sawit terus meningkat dengan melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baik di bidang tradisional seperti refine and unmodified oli, energi, sampai dengan oleochemical. Foto: DMSI
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menilai industri sawit terus meningkat dengan melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baik di bidang tradisional seperti refine and unmodified oli, energi, sampai dengan oleochemical. Foto: DMSI

TROPIS.CO, JAKARTA – Diakui atau tidak industri kelapa sawit di Indonesia telah memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia delapan tahun terakhir.

Industri sawit terus meningkat dengan melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baik di bidang tradisional seperti refine and unmodified oli, energi, sampai dengan oleochemical.

“Industri Sawit, baik perkebunan dan industri hilirnya, menyerap tenaga kerja yang sangat besar dan penyumbang devisa terbesar bagi negara,” ungkap Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun dalam sambutannya di peringatan Hari Sawit Nasional yang digelar secara virtual, Rabu (18/11/2020).

Derom memaparkan data, pada tahun 2019 lalu, industri kelapa sawit mampu memberikan nilai ekpor sekitar US$20,5 miliar.

Bahkan, dia memperkirakan, di tengah situasi pandemi Covid-19, tahun ini nilai ekspor kelapa sawit tidak akan jauh berbeda dari tahun sebelumnya.

Di tengah tantangan internal maupun eksternal yang masih menjadi persoalan seperti ketidakpastian berusaha akibat ego sektoral dan tantangan operasional dalam budi daya, industri sawit terus meningkat dengan melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baik di bidang tradisional seperti refine and unmodified oli, energi, sampai dengan oleochemical.

Di bidang usaha tradisional kelapa sawit yakni refining and unmodified oil, Kebijakan Bea Keluar (BK) dan Tarif Bea Keluar dengan PMK Nomor 11 Tahun 2011 mendorong hilirisasi.

Hal ini terlihat dari kapasitas refinari dari 46 juta ton pada tahun 2011 menjadi 65 juta ton pada tahun 2019.