Indonesia Tetap Menarik sebagai Negara Tujuan Investasi

Outlook Ekonomi Indonesia

Ia berpandangan bahwa Covid-19 berdampak negatif secara makro, tapi dampaknya terhadap sektor-sektor bisnis di Indonesia bervariasi.

Sampai bulan Juni 2020, MSCI (Morgan Stanley Composite International), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun 23 persen, tapi sektor-sektor bisnis di bawahnya turun secara berbeda-beda, misalnya consumer staples turun 12 persen, healthcare 15 persen, communication 18 persen, industrial 23 persen, material 24 persen, energy 25 persen, finance 25 persen, dan utility 59 persen.

“Di bursa saham, saya melihat saham-saham perusahaan, seperti komunikasi dan farmasi, yang produk dan jasanya sangat dibutuhkan masyarakat dalam kondisi lockdown serta social distancing penurunannya relatif kecil,” papar Fauzi.

Walau pasar rupiah melemah, tapi indikator risk appetite investor untuk Indonesia membaik sejak level terburuknya pada Maret dan April 2020.

“CDS (credit default swap) Indonesia untuk tenor lima tahun telah turun ke 121,68 basis pon (bps) per 2 Juli 2020 dari 131,47 bps per 26 Juni 2020.”

“Artinya, investor masih punya kepercayaan terhadap kondisi perekonomian Indonesia,” ungkapnya.

Alasan investor masih tertarik berinvestasi di Indonesia karena selisih suku bunga dolar AS dengan rupiah itu masih relatif cukup tinggi dibandingkan negara-negara tujuan investasi lainnya.

“Juga karena ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia pada umumnya,” kata Fauzi.

Dia menyatakan bahwa di semester kedua 2020, pasar finansial global akan pulih lebih cepat dibandingkan sektor riilnya yang masih tertatih-tatih karena ketidakpastian kapan ditemukannya vaksin Covid-19.

Laju pemulihan ekonomi global sangat bergantung dengan ditemukannya vaksin Covid-19.

Di sisi lain, era New Normal atau Tatanan Baru hadir sebagai adaptasi terhadap pandemi Covid-19 maka untuk perbankan dan bisnis jasa akan lebih ke arah digital, less branches, serta less physical contact with customers.

Baca juga: Sinergi Dua Kementerian Kembangkan Food Estate Modern di Kalteng

“Dunia bisnis, konsumsi, dan korporasi akan bergeser ke Tatanan Baru yang berbeda dibandingkan era sebelumnya walaupun nanti ditemukan vaksin Covid-19,” pungkas Fauzi.

Kegiatan Webinar ini diikuti 100 peserta yang dengan seksama mengikuti penjelasan dari narasumber dan ini merupakan rangkaian Webinar yang telah digelar beberapa kali oleh IABA.

Ketua Umum IABA Prof Hikmahanto Juwana mengapresiasi kerja dari panitia pelaksana Webinar yang telah membuat acara ini terselenggara dengan baik.

“IABA mempunyai potensi besar yang bisa diperkuat agar para alumninya lebih aktif memberikan kontribusinya bagi bangsa dan negara,” ungkap Prof Hikmahanto dalam kata sambutannya. (Jos)