Impor Minyak Sawit oleh India Turun karena Permintaan di Industri Jasa Makanan Turun

Penurunan pembelian oleh India dapat meningkatkan stok di produsen teratas minyak sawit dunia, Indonesia dan Malaysia. Foto: Business Line
Penurunan pembelian oleh India dapat meningkatkan stok di produsen teratas minyak sawit dunia, Indonesia dan Malaysia. Foto: Business Line

TROPIS.CO, MUMBAI – Impor minyak sawit oleh India turun dari level tertinggi dalam 10 bulan terakhir karena pemulihan yang lambat dari industri jasa makanan membatasi permintaan minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia.

Menurut G.G. Patel, mitra pengelola GGN Research, seperti dikutip livemint.com, impor minyak sawit ke India turun 11 persen menjadi 734.000 ton pada Agustus dari bulan sebelumnya karena pedagang dan penyuling mengurangi pembelian setelah mengisi cadangan pada Juli 2020.

Angka ini turun dibandingkan dengan periode Agustus 2019 dimana total impor minyak sawit oleh India mencapai 852.534 ton.

Penurunan pembelian oleh India dapat meningkatkan stok di produsen teratas minyak sawit dunia, Indonesia dan Malaysia.

Baca juga: Dewan Minyak Sawit Malaysia Kecam Laporan Bias oleh Ahli Biologi Eropa

Kondisi ini dapat membatasi kenaikan harga minyak sawit yang telah naik sekitar 22 persen sejauh ini pada kuartal ini karena optimisme akan permintaan yang terus meningkat untuk minyak sawit yang digunakan dalam segala hal mulai dari cokelat, es krim, hingga shampo.

Konsumsi minyak sawit oleh restoran dan hotel mengalami penurunan signifikan di India setelah pemerintah memberlakukan aturan tinggal di rumah paling ketat di dunia pada Maret untuk mengekang penyebaran virus corona di antara 1,3 miliar penduduknya dan kini pembatasan secara bertahap dicabut.

Namun, menurut Patel, tak hanya minyak sawit, impor minyak kedelai ke India pada Agustus juga turun menjadi sekitar 391.000 ton dari 484.525 ton pada bulan sebelumnya.

Sementara pembelian minyak bunga matahari turun menjadi sekitar 158.000 ton dari 208.747 ton.

Total impor minyak nabati India mungkin turun menjadi 1,3 juta ton dibandingkan dengan 1,52 juta ton pada Juli. (*)