HKm Gempa 01 Bangka Belitung Terapkan Silvofishery untuk Rehabilitasi Mangrove Munjang

Mangrove Serap Emisi Karbon Lebih Besar

Menurut berbagai penelitian, hutan mangrove mampu menyerap emisi karbon sebesar empat hingga lima kali lebih besar daripada hutan daratan.

“Mangrove ini mempunyai nilai penyerapan karbon yang jauh lebih tinggi, lima kali lebih banyak daripada hutan biasa sehingga kalau kita menjaga mangrove ini dengan baik, maka kita bisa mencegah pemanasan global.”

“Dari situlah Pemerintah memiliki komitmen untuk merehabilitasi mangrove yang kritis dan menjaganya,” katanya.

Dia juga menyampaikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki mangrove yang luas, yaitu 80.758 hectare dan sebagian besar berada di dalam kawasan hutan, yang menjadi areal kerja BPDASHL Baturusa Cerucuk.

Jadi hal ini merupakan faktor penting untuk menyelamat ekosistem mangrove di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya.

Di samping itu, ada kearifan lokal dari masyarakat dalam pengelolaannya.

“Seperti di HKm Gempa 01 ini, yang menjadi model bagi masyarakat sekitar di sini, sekaligus bagi seluruh Indonesia.”

“Bisa ditiru bagaimana masyarakat mampu memelihara dan mengelola mangrove secara lestari, sekaligus mendatangkan manfaat secara ekonomi,” ucap Yuliarto.

Sementara itu, Kepala BPDASHL Baturusa Cerucuk Tekstianto menjelaskan di tahun 2020 BPDASHL Baturusa Cerucuk mendapatkan alokasi RHL mangrove seluas 75 hektare, yang tersebar di dua pulau yaitu Pulau Bangka seluas 65 hektare, dan Pulau Belitung 10 hektare.

Untuk menunjang RHL mangrove di Desa Kurau Barat, BPDASHL Baturusa Cerucuk memberikan bantuan bibit untuk persemaian sederhana atau semacam kebun bibit desa sebanyak 100.000 batang mangrove kepada HKm Gempa 01.

“Selain bantuan bibit mangrove yang 100.000 batang tadi, kami juga mempunyai program bibit gratis untuk masyarakat berupa bibit jenis tanaman kayu-kayuan maupun MPTS (Multy Purpose Tree Species) sebanyak 700.000 batang”

“Total tahun ini kami mendapat alokasi 800.000 batang,” jelasnya.

Selain kebun bibit, BPDASHL Baturusa Cerucuk juga membuat terobosan dengan memanfaatkan limbah kemasan plastik air mineral sebagai media bibit, yang selama ini menggunakan polybag. Penggunaan kemasan air mineral dari sisi teknis juga memiliki kelebihan.

Akar bibitnya menjadi lebih compact dibandingkan dengan polybag, sehingga lebih memudahkan dalam proses pemindahan dan penanamannya.

Desa Kurau Barat memiliki hutan mangrove alami, yang di dalamnya terdapat 50 jenis mangrove.

Selain itu, HKm Gempa 01 menjadi model pengelolaan mangrove karena memiliki Ketua Kelompok yang memang ahli di bidang mangrove.

“Ketua Kelompok Tani disini yaitu Pak Yasir, pernah kita ajak studi banding untuk belajar bagaimana proses pembibitan hingga pemeliharaan mangrove yang baik dan benar,” ungkap Tekstianto.