Februari, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Turun 14%

Ekspor minyak sawit selama Februari turun sekitar 14%. Antrian truk tangki bermuatan minyak sawit siap dikapalkan.

TROPIS.CO – JAKARTA. Kinerja ekspor minyak sawit selama Februari 2018 turun sekitar 14% atau sekitar 370.77 ribu ton ketimbang Januari yang mencapai 2,74 juta ton.

Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum III, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan, penurunan ini mungkin lebih disebabkan adanya liburan hari raya imlek, dan jumlah hari pada bulan berjalan yang pendek, sehingga transaksi dagang tidak maksimal.

Perkembangan harga minyak sawit global sepanjang Februari bergerak dalam kisaran US$652.50 – US$ 685 per metrik ton. “ Ternyata harga murah tak dorong daya beli, hingga kinerja ekspor minyak sawit Indonesia Februari 2018 turun kurang lebih 14%,”tandas Togar. “Sepanjang Februari volume ekspor minyak sawit Indonesia (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) hanya mampu mencapai 2,37 juta ton,” Togar menjelaskan.

Setiap tahunnya transaksi di bulan Februari lebih sedikit sehingga kinerja ekspor selalu lebih rendah dibandingkan bulan Januari. Sementara itu, jika dilihat secara year on year (yoy) total volume ekspor dari Januari-Februari 2018 mencapai 5,1 juta ton atau turun 3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,3 juta ton.

Februari ini, negara-negara Timur Tengah mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 41% atau dari 148,06 ribu ton di Januari naik menjadi 209 ribu ton di Februari. Kenaikan permintaan minyak sawit di negara – negara Timur Tengah merupakan kenaikan biasa karena periode transaksi yang terlihat dari pola bulanan jika pada bulan sebelumnya turun maka bulan berikutnya akan naik.

Kenaikan permintaan minyak sawit juga dicatatkan oleh China sebesar 6%, atau dari 307,49 ribu ton pada Januari naik menjadi 326,30 ribu ton di Februari. Dan inipun kenaikan normal, karena adanya perayaan imlek.

Sementara ini, negara tujuan utama ekspor lainnya mengalami penurunan. Penurunan yang sangat signifikan dicatatkan Amerika Serikat yakni 50%, dari 193,47 ribu ton pada Januari menjadi 95,99 ribu ton di Februari. “Turunnya permintaan Negeri Paman Sam ini karena tingginya stok kedelai di dalam negeri,”ujar Togar, sembari menambahkan, penurunan permintaan ini diikuti India 26%, Pakistan 22%, Uni Eropa 17%, Africa 16% dan Bangladesh 4%.

Dari sisi produksi, pada Februari 2018 produksi minyak sawit Indonesia kembali membukukan penurunan 2% atau dari 3,4 juta ton pada Januari lalu turun menjadi 3,35 juta ton pada Februari ini. Penurunan produksi ini merupakan merupakan penurunan normal.

“Dengan produksi yang masih stabil dan ekspor yang tidak tinggi, stok minyak sawit Indonesia masih tetap terjaga dengan baik di 3,5 juta di akhir Februari 2018.“

Pada bulan mendatang, diperkirakan ekspor akan mulai meningkat terutama ke negara-negar Timur Tengah dan Pakistan. Sebab pada saat itu, negara-negara tersebut, mulai menyiapkan stok menyambut Ramadhan.

“ Ekspor ke China juga diperkirakan akan meningkat dengan adanya rencana China untuk menaikan tarrif impor kedelai dari AS sebagai kebijakan balasan dari kebijakan Pemerintah AS yang menaikan tarif impor baja, aluminium, mesin cuci dan panel surya dari China pada perundingan NAFTA. Indonesian,” prediksi Togar Sitanggang.