Fadel Muhammad Soal LSM Tuding Sawit, Mereka itu Penghianat.

Fadel Muhamamd mengindikasikan ada LSM LSM Indonesia yang sengaja dibayar pihak asing untuk merusak ekonomi nasional melalui penyebaran isu kerusakan lingkungan terhadap perkebunan kelapa sawit Indonesia. Mereka itu penghianat.

TROPIS.CO – JAKARTA – Mungkin, sedikit orang yang tak kenal dengan sosok Fadel Muhammad. Jauh sebelumnya, di era orde baru, Fadel dikenal sebagai pengusaha konstruksi yang sangat aktif di partai politik. Saat reformasi datang, seiring pisahnya Gorontalo dari Sulawesi Utara menjadi daerah otonomi sendiri, Fadel terpilih menjadi Gubernur Gorontalo.

Gorontalo yang awalnya hanya sebuah kabupaten yang dapat dikatakan tertinggal – walau tidak tertinggal banget, bagaimana tidak disebut tertinggal, untuk sampai ke kabupaten ini hanya dapat ditempuh lewat darat dari Makasar, sebelumnya Ujung Pandang. Ada pesawat, tapi hanya seminggu sekali, itupun pesawat kecil CN 235 berkapasitas tak lebih 25 orang.

Itu dulu, jauh saat masih bergabung dengan Sulawesi Utara. Namun tidak lagi, setelah menjadi daerah otonom. Terlebih disaat dipimpin Fadel Muhammad. Gorontalo seakan berlari sangat kencang mengejar ketertinggalan. Kemudian berhasil, sangat sukses.

Ribuan pasang mata pejabat daerah dan Pemerintah Pusat tertuju pada daerah yang awalnya hanya berpenduduk kurang dari 1 juta jiwa. Mereka terkesima kagum dengan gerakan Fadel Muhammad. Dengan jiwa enterpreuner yang sangat mumpuni Gorontalo, melepas ketertinggalannya.

Gorontalo yang terlahir 22 Desember 2000 – hampir bersamaan dengan Provinsi Banten, Bangka Belitung dan Riau Kepulauan, berhasil “disulap” Fadel menjadi provinsi Agropolitan menuju satu juta ton jagung. Belakangan Gorontalo menjadi sentral produksi jagung nasional dan sebagai daerah eksportir.

Sungguh luar biasa memang sosok Fadel Muhammad. Dan sangat wajar, bila kemudian Fadel dipilih kembali memimpin Gorontalo untuk priode kedua. Sukses hingga Gorontalo terus mekar bersama jagung dan jagung jagungnya.

Sempat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan saat Soesilo Bambang Yudhoyuno menjadi Presiden pada priode pertama. Tak lama, kemudian Fadel digantikan rekan satu partainya, Sharif Cicip Sutardjo. Dan kemudian, pada Pemilu Legislatif 2014, Fadel berlabuh di gedung DPR-RI Senayan.

Kini Fadel menjadi Anggota Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP), merangkap Komisi VII DPR RI , Komisi yang salah satunya membidangi masalah lingkungan. Dalam kapasitas inilah, Rabu (28/4), Fadel Muhammad minta agar waspada terhadap sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat atau NGOs. Apa pasal, karena Fadel mensinyalir banyak diantara mereka, berperan sebagai LSM bayaran untuk menghancurkan ekonomi nasional, dengan menghembuskan isu isu kerusakan lingkungan terhadap perkebunan kelapa sawit.

“Permasalahan minyak kelapa sawit Indonesia di Eropa makin runyam setelah sejumlah LSM asal Indonesia menyebutkan perkebunan kelapa sawit di dalam negeri merusak lingkungan,” kata Fadel. Lantaran ini kemudian, persepsi kelapa sawit di Eropa dan negara maju lainnya negatif. “ Sungguh ini penghianatan karena telah merugikan rakyat sendiri. Resolusi Uni Eropa itu sangat merugikan 50 juta rakyat Indonesia yang bergantung kepada kelapa sawit, termasuk para petani dan buruh,”tegas Fadel lagi.

Tak hanya sampai di situ, Fadel mengatakan, BKSAP DPR RI akan melaporkan sepak terjang buruk LSM tersebut ke PPATK dan Presiden Jokowi. Setelah ini, berencana akan minta ke PPATK menelusuri sumber sumber dana mereka. Berapa uang yang sudah digelontarkan oleh Uni Eropa untuk LSM–LSM itu, sebagai imbalan dari menjual informasi di dalam negeri.

“Mereka berbicara tidak baik mengenai kita, mereka LSM-LSM yang dibayar,” kata Fadel, sembari menyebutkan, bahwa pihaknya telah bertemu langsung dengan parlemen Uni Eropa untuk menjelaskan kondisi sesungguhnya dunia perkelapa sawitan di Indonesia. Kepada Parlemen Uni Eropa itu, telah disampaikan bahwa kelapa sawit tidak merusak lingkungan dan bukan penyebab deforestasi.

“Di hadapan parlemen Eropa, kami sampaikan kepada mereka, parlemen kalian besar dengan beranggotakan 200 orang. Tapi kami memiliki parlemen yang besar pula 560 orang.Kami lebih besar. Dari situ akhirnya, terjadi understanding. Mereka akhirnya mau ke sini melihat kondisi sawit kita,” jelas Fadel.

Lantaran itu, tidak ada alasan bagi kita untuk diam, karena resolusi parlemen Uni Eropa itu diskriminatif akibat kampanye negatif LSM terhadap sawit Indonesia. Apalagi dana yang digelontorkan untuk LSM itu sangat besar. Ini harus dihentikan dan ditangkap.”

Untuk diketahui, adalah resolusi Palm Oil and Deforestation of the Rainforests (Kelapa Sawit dan Deforestasi Hutan Hujan) diajukan didasarkan atas tudingan bahwa pengembangan industri kelapa sawit asal Indonesia menjadi penyebab utama deforestasi dan perubahan cuaca.

Hal itu dinilai bertentangan dengan posisi Uni Eropa yang menganut prinsip perdagangan yang adil (fair trade). Di mana resolusi Eropa itu bertujuan akhir agar minyak sawit –yang produsen terbesarnya adalah Indonesia- tidak dimasukkan sebagai bahan baku program biodiesel Uni Eropa di 2020. Karena Industri kelapa sawit dianggap sebagai pemicu utama deforestasi.