Harga dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia Naik

Jika dibandingkan Januari hingga Juni 2019, produksi CPO dan PKO (palm kernel oil) Januari sampai Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2 persen lebih rendah, konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 persen lebih tinggi, volume ekspor adalah 15.503 ribu ton atau 11,7 persen lebih rendah dan nilai ekspornya 6,4 persen lebih tinggi menjadi senilai US$10.061 juta. Foto: TROPIS.CO/Jos
Jika dibandingkan Januari hingga Juni 2019, produksi CPO dan PKO (palm kernel oil) Januari sampai Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2 persen lebih rendah, konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 persen lebih tinggi, volume ekspor adalah 15.503 ribu ton atau 11,7 persen lebih rendah dan nilai ekspornya 6,4 persen lebih tinggi menjadi senilai US$10.061 juta. Foto: TROPIS.CO/Jos

TROPIS.CO, JAKARTA – Bila dibandingkan dengan bulan Mei 2020, produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada bulan Juni adalah 4.096 ribu ton atau naik 13,5 persen, konsumsi dalam negeri turun 3,5 persen menjadi 1.331 ribu ton, dan ekspor naik signifikan 13,9 persen menjadi 2.767 ribu ton.

Harga CPO masih menunjukkan kenaikan dari rata-rata US$526 pada bulan Mei menjadi US$602 per ton-Cif Rotterdam pada bulan Juni dan nilai ekspor juga naik dari US$1,474 miliar menjadi US$1,624 miliar.

Data tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (12/8/2020).

Menurutnya, jika dibandingkan Januari hingga Juni 2019, produksi CPO dan PKO (palm kernel oil) Januari sampai Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2 persen lebih rendah, konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 persen lebih tinggi, volume ekspor adalah 15.503 ribu ton atau 11,7 persen lebih rendah dan nilai ekspornya 6,4 persen lebih tinggi menjadi senilai US$10.061 juta.

Baca juga: Kurangi BBM untuk Listrik, Balibang ESDM Kaji Manfaatkan CPO untuk PLTD

“Produksi bulan Juni yang lebih tinggi dari bulan Mei 2020 diduga selain karena carry over produksi bulan Mei yang terkendala karena lebaran juga sebagian provinsi telah masuk ke periode tren produksi naik.”

“Kenaikan ekspor cukup tinggi pada bulan Juni, setelah turun pada bulan sebelumnya.”

“Kenaikan terjadi pada CPO (31 persen), refined palm oil (10,2 persen), minyak laurik (6 persen) juga adanya ekspor biodiesel,” papar Joko.