Covid-19 dan Karhutla Harus Ditangani Serius

Konsep Pencegahan Permanen

Sementara Direktur Karhutla Basar mengatakan bahwa Kementerian LHK telah merancang suatu konsep pencegahan secara permanen.

Bahkan, diantaranya sudah ada diaplikasikan, seperti pemantauan secara terpadu dari tingkat desa yang melibatkan Manggala Agni, masyarakat, satuan Polri, dan TNI.

“Kini ada 1200 desa yang menjadi daerah prioritas untuk terus dilakukan pemantauan, dan semua desa ini berada dalam wilayah rawan karhutla,” kata Basar.

Dia menyatakan bahwa tim terpadu ini tugasnya mendatangi rumah penduduk sembari memberikan penyuluhan tentang dampak dari Karhutla.

“Tim sengaja bertandang ke rumah rumah masyarakat,mengajak dalam pembukaan lahan untuk berladang, sedapat mungkin tidak melalui pembakaran,” jelasnya.

Memang sebaiknya di dalam suatu desa itu diinventarisasi siapa saja yang akan membuka lahan untuk bertani dan kemudian dibuatkan kelompok hingga berapa luas yang akan dibuka.

Dengan diketahui, berapa luas dan siapa saja masyarakatnya, pemerintah daerah bisa menyiapkan alat berat untuk pembukaan lahan tersebut sehingga pembukaan lahan sistem bakar bisa dihindari.

Baca juga: P3TGAI Tingkatkan Jaringan Irigasi dan Pulihkan Ekonomi Perdesaan

Terobosan lain yang kini tengah dilakukan Kementerian LHK berkaitan dengan pencegahan Karhutla secara permanen, melalui pendekatan resort di tingkat tapak.

Bila Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) umumnya berkantor di kota kota kabupaten hingga agak jauh dari lokasi yang rawan Karhutla, tapi dengan resor yang didirikan di lokasi rawan Karhutla maka titik panas dan titik api akan sangat mudah dipantau, dan cepat dicegah hingga tidak menimbulkan titik api.

“Jadi semua kegiatan KPH dilakukan di resor dan lokasi itu akan selalu ramai dan hingga Juni kemarin, luasan Karhutla pada tahun ini telah mencapai sekitar 34 ribu hektare,” pungkas Basar. (*)