Bila Indonesia Tidak Menanam, Eropa Tenggelam Duluan

Pemilik kelompok usaha perkayuan, Serayu Kayuindo Group, Hasan Tjuo Tju San ketika mempresentasikan strategi penyelamatan dan pengembangan hutan dihadapan pimpinan dan pengurus Yayasan Kartika Eka Paksi. Foto : Istimewa
Pemilik kelompok usaha perkayuan, Serayu Kayuindo Group, Hasan Tjuo Tju San ketika mempresentasikan strategi penyelamatan dan pengembangan hutan dihadapan pimpinan dan pengurus Yayasan Kartika Eka Paksi. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Masyarakat Eropa dan sejumlah negara lain, sengaja menyorot kondisi hutan Indonesia, dan memaksa kita untuk menanaminya karena mereka takut negaranya akan tenggelam duluan.

Demikian dikatakan pemilik kelompok usaha perkayuan, Serayu Kayuindo Group, Hasan Tjuo Tju San ketika mempresentasikan strategi penyelamatan dan pengembangan hutan dihadapan pimpinan dan pengurus Yayasan Kartika Eka Paksi di Jakarta, Selasa (2/7/2019).

“Mereka sengaja menuduh kita merusak hutan lalu kemudian memaksa kita untuk menanam kembali, karena takut negaranya tenggelam duluan, terutama Norwegia,” tutur Hasan.

Dengan alasan itu pula, kemudian mereka membantu Indonesia untuk melestarikan hutan sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca, setelah Presiden Soesilo Bambang Yudoyono berkomitmen menurunkan emisi sekitar 29 persen hingga 2030, saat konperensi perubahan iklim di Kopenhagen beberapa tahun lalu.

Tapi sebenarnya bagi Indonesia, gerakan menanam pohon bukan karena adanya desakan dunia luar, namun karena masyarakat Indonesia sangat menyadari kelestarian lingkungan merupakan suatu keharusan.

“Bagi kita menanam tidak semata melestarikan hutan atau lingkungan, namun juga karena menilai prospek menanam pohon memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga akan mampu berkontribusi nyata dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa dan rakyatnya,” papar Hasan.

Namun bagi masyarakat Indonesia, menanam pohon adalah ibadah, karena telah membuat kondisi alam sejuk, nyaman dengan lingkungan hijau.

“Jadi menanam pohon itu adalah bagian dari ibadah,” tegasnya.

Karena itu tidak ada kata telat atau terlambat dalam menanam pohon, karena bisa dilakukan kapan saja.

Bagi industri, ini penting dalam upaya menjaga kelangsungan bahan baku di masa mendatang, agar stabilitas produksi dapat dipertahankan.

Di sisi lain, menepis anggapan dunia intenasional terhadap Indonesia yang dianggap perusak hutan tercepat didunia, padagal itu sangat tidak benar.

Menanam bagian dari gerakan mengantisipasi mencegah, sekaligus menjaga kelangsungan sumber air, kini hingga masa mendatang.

Namun bagi Serayu Group, program menanam ini, ingin menunjukan bahwa produk kayu yang diekspor adalah produk yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.

Berbagai jenis kayu yang ditanam kelompok usaha perkayuan Serayu, ini mencakup, Albasia (Faserianthes falcata), Jabon (Anthocepalus cadamba),
Balsa (Lagopus ocrhoma), Afrika ( Maeopsis eminii ), dan Gamelina (Gmelina arborea), serta berbagai jenis Tanaman yang cepat tumbuh Lainnya.

Serayu Makmur Kayuindo berdiri sejak tahun 1999-2000 dan bergerak di bidang
industri kayu lapis dan perkayuan.

Mereka memproduksi plywood, veneer, barecore, S4S, hingga block board.

Selain itu, mereka bergerak di bidang penanaman pohon baik nasional maupun internasional. (*)