APHI Gelar Pelatihan Penghitungan Potensi Penurunan Emisi dan NEK

Kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam perubahan iklim menjadi faktor penting dalam upaya pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Foto: IlmuGeografi.com
Kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam perubahan iklim menjadi faktor penting dalam upaya pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Foto: IlmuGeografi.com

TROPIS.CO, JAKARTA – Kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam perubahan iklim menjadi faktor penting dalam upaya pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

Pelaku usaha sebagai Non-state actor juga berupaya menjadi bagian penting dalam proses ini.

Kemampuan penghitungan potensi penurunan emisi menjadi krusial dilakukan oleh pelaku usaha dalam upaya mengukur kinerja adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Hal ini diungkap Ketua Umum APHI (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia) Indroyono Soesilo pada pembukaan Pelatihan Penghitungan Potensi Penurunan Emisi dan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) untuk Penerbitan CER yang diselenggarakan APHI secara virtual bekerja sama dengan PT GAIA Eko Daya Buana dan PT Digdaya Citta Selaras.

Pelatihan yang berlangsung selama dua hari mulai kemarin hingga Selasa (4/5/2021) merupakan tindak lanjut dari Forum Dialog APHI dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang mengusung tema Strategi dan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan Untuk Pemenuhan Target NDC dan Pemanfaatan Nilai Ekonomi Karbon pada 26 April lalu.

“Pengukuran langsung oleh masing-masing Unit Manajemen (UM) penting dilakukan seiring dengan peluang untuk dapat memanfaatkan NEK baik melalui skema Result Based Payment maupun perdagangan karbon,” ungkap Indroyono.

Dia memprediksi bahwa potensi penurunan emisi dari areal kerja hutan alam, hutan tanaman, restorasi ekosistem sangatlah besar untuk dikontribusikan dalam pemenuhan pencapaian NDC Indonesia sebesar 497 juta ton CO2e pada tahun 2030.

“Insentif nilai ekonomi karbon utk penyerapan emisi karbon di wilayah hutan alam dan hutan tanaman dapat diperoleh melalui antara lain konservasi dan tata kelola lahan gambut, penerapan SILIN, penerapan Reduced Impact Logging (RIL), dan perpanjangan waktu tanam dan panen pada hutan tanaman industri, serta pengurangan areal tebangan pada hutan alam,” tutur Indroyono.

Baca juga: Krisis Iklim Berdampak pada Sistem Politik