Industri Sawit Berkomitmen Dukung Pemerintah Menuju Net Zero Emission

Dukung Upaya Pemerintah

Sebagai informasi, pada tanggal 23 September 2022, Pemerintah Indonesia mengumumkan ENDC (Enhanced Nationally Determined Contribution)-nya sebesar 31,89 persen dan 43,20 persen kepada UNFCC.

Baca juga: Mendorong Keterlibatan Masyarakat Perdesaan Hasilkan Minyak Sawit Berkelanjutan

Luwy menjelaskan bahwa TSE Group mendukung upaya pemerintah mencapai NDC dan siap berkolaborasi untuk mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Saat ini, TSE Group akan membangun pembangkit listrik tenaga biogas untuk berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dengan mencegah pelepasan gas metana ke atmosfer.

Kapasitas listrik pembangkit ini mencapai 8 MW yang dibangun sampai 2030.

“Kami berencana memanfaatkan listrik dan gas yang dihasilkan dapat digunakan penduduk setempat untuk meningkatkan kualitas hidup,” ujar Luwy.

Baca juga: Kelapa Sawit Berkontribusi pada PDB Perkebunan Terbanyak

Langkah berikutnya, perusahaan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang mengeluarkan nitrogen oksida selama proses produksi dan penggunaannya.

TSE Group mencari cara untuk menggantikan pupuk kimia dengan pupuk organik dari tandan kosong dan cangkang sawit (produk sampingan dari pabrik kelapa sawit).

Luwy mengatakan TSE Group membeli fasilitas dan sedang melakukan penelitian untuk memproduksi biochar.

Biochar adalah bentuk karbon yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama melalui proses pirolisis produk sampingan nabati yang diproduksi dalam jumlah besar di perkebunan kelapa sawit.

Baca juga: Anjungan Mitra, Kiat Jitu Astra Agro Dukung Petani Sawit

Direktur Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB, Meika Syahbana Rusli mengatakan, menambahkan bahwa sawit mampu secara signifikan menyerap CO2 yang ada di atmosfer.

“Jadi kalau kita mensubtitusi solar yang semata-mata memproduksi gas rumah kaca atau CO2, subtitusi tersebut membuat pengurangan signifikan karena diserap oleh kebun-kebun sawit yang tumbuh,” kata dia.

Sebagai contoh seiring meningkatan konsumsi biodiesel pada 2016-2021 terjadi penurunan emisi pada tahun 2020 sebesar 22,48 persen dan di tahun 2021 diproyeksikan 25,43 persen. “Jika dibandingkan dengan diesel fuel maka angkanya sekitar 22 persen tahun 2021,” tutur Meika.

Di tempat yang sama, Subkoordinator Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Dwimas Suryanata Nugraha mengatakan, perkebunan sawit tidak bisa dikatakan sepenuhnya penyebab dari kenaikan gas rumah kaca.

Baca juga: Musdhalifah: Industri Sawit Dapat Mendukung Target Penurunan Emisi

“Banyak isu yang timbul di masyarakat ini terkait dengan sawit ini salah satu penyebab sawit deforestasi lahan dan penyebab kenaikan emisi gas rumah kaca.”

“Perkebunan kelapa sawit ini tidak bisa juga dikatakan penyebab dari kenaikan gas rumah kaca,” pungkasnya. (*)