Nilai Eskpor Minyak Sawit Naik, Tapi Tren Produksi Turun

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menyatakan, penurunan produksi minyak sawit Indonesia sudah berlangsung sejak September 2022 diperkirakan akan segera berakhir. Foto: GAPKI
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menyatakan, penurunan produksi minyak sawit Indonesia sudah berlangsung sejak September 2022 diperkirakan akan segera berakhir. Foto: GAPKI

TROPIS.CO, JAKARTA – Nilai ekspor minyak sawit Indonesia mengalami kenaikan dari US$2.605 juta pada Januari lalu menjadi US$2.687 juta pada Februari 2023 ini.

Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor pada olahan minyak sawit dari 2.121 ribu ton pada bulan Januari menjadi 2.254 ribu ton pada bulan Februari (harga produk olahan lebih tinggi dari harga bahan baku CPO).

Data tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono dalam acara Buka Bersama Gapki dengan Media di Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (14/4/2023).

Menurutnya, berdasarkan tujuan ekspornya, kenaikan terbesar terjadi untuk tujuan Tiongkok (+287 ribu ton/+55 persen), Bangladesh (+115 ribu ton/+289 persen) dan Mesir (+81 ribu ton/+142 persen).

Baca juga: Minyak Sawit Sumber Pangan dan Bioenergi Berkelanjutan

Sementara itu, kenaikan ekspor juga terjadi untuk tujuan Uni Eropa (selain Spanyol dan Italia), Filipina, Myanmar dan Vietnam meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.

Sedangkan penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan India (-301 ribu ton atau -41 persen) dan Pakistan (-87 ribu ton atau -45 persen).

Penurunan juga terjadi untuk tujuan Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura dengan jumlah yang lebih kecil.

“Sementara itu, total konsumsi dalam negeri pada Februari 2023 sebesar 1.803 ribu ton, lebih tinggi dibanding Januari 2023 sebesar 1.786 ribu ton.”

Baca juga: Mentan SYL: GAPKI Harus Fokus Tingkatkan Produksi dan Produktivitas Sawit Indonesia

“Meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan, kenaikan ini terutama untuk konsumsi industri pangan, industri oleokimia maupun industri biodiesel,” papar Eddy.