Menteri LHK Ajak Generasi Muda Bergaya Hidup Minim Sampah untuk Kurangi Emisi GRK

Dominan Generasi Z dan Milenial

Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87 persen adalah generasi milenial pada kisaran usia 24 hingga 39 tahun.

Lalu 27,94 persen adalah Generasi Z pada kisaran usia 8 sampai 23 tahun.

Baca juga: Musdhalifah: Industri Sawit Dapat Mendukung Target Penurunan Emisi

Potensi yang dimiliki seperti idealisme, mobilitas tinggi dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, inovatif dan kreatif serta keberanian dan keterbukaan, dapat dimaksimalkan untuk menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia ke depan.

“Berdasarkan hasil survei pada Gen Z yang terangkum dalam Indonesia Gen Z Report 2022, sebanyak 79 persen menyatakan perubahan iklim merupakan isu serius.”

“Selanjutnya 70 persen merasa bertanggung jawab terhadap iklim, dan 66 persen bersedia membayar lebih untuk produk yang ramah lingkungan.”

“Hasil yang hampir serupa pun diperoleh dalam Indonesia Millennials Report 2022,” tutur Menteri Siti.

Baca juga: COP27: Prediksi Pemanasan Global Memburuk, Indonesia Perlu Adaptasi

Hal tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan Generasi Millennial dan Gen-Z memiliki peran strategis dalam pencapaian target Zero Waste Zero Emission, di mana Indonesia telah memberi komitmen kepada dunia dalam pengendalian perubahan iklim.

Sebagai bentuk komitmennya, Indonesia telah menyampaikan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (Enhanced NDC) pada tanggal 23 September 2022 yang meliputi target penurunan emisi gas rumah kaca yang semula 29 persen menjadi 31,89 persen untuk skenario kebijakan melalui upaya sendiri (CM1) dan sebesar 41 persen meningkat menjadi 43,20 persen tahun 2030 dengan skenario kebijakan melalui dukungan kerja sama internasional (CM2).

Berkaitan dengan peringatan HPSN, Menteri Siti berpesan kepada generasi muda, untuk turut serta membantu mengurangi emisi GRK.

Menteri Siti memberikan contoh, generasi muda dapat mempraktikan gaya hidup minim sampah sehari-hari.

Baca juga: Roadmap Pengurangan Sampah Indonesia

“Perubahan gaya hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan harus mulai dibiasakan sehingga dua generasi ini, milenial dan Gen Z dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan dan berkolaborasi dengan berbagai pihak,” pinta Menteri Siti.

Menteri Siti juga meminta, saat ini sudah saatnya agar mengubah pola kebiasaan dengan penuh kesadaran untuk menciptakan gaya hidup yang berkelanjutan atau sustainable living.

Beberapa gaya hidup berkelanjutan yang bisa menyelamatkan bumi yang dapat diterapkan antara lain menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan dan belanja tanpa kemasan.

Kemudian, melakukan gerakan pilah sampah dari rumah, mebiat kompos dari sisa makanan, mencegah timbulan sampah, serta memulai gaya hidup minim sampah.

Baca juga: Langkah Nyata Inisiatif Ekonomi Sirkular di Indonesia

Dalam mendukung pencapaian target ENDC, Menteri Siti mengajak semua yang hadir untuk menerapkan dan mengembangkan prinsip dasar 3R (reduce, reuse, recycle), yaitu mengoptimalkan rantai nilai pengelolaan sampah dari sumber dengan penerapan konsep ekonomi sirkular dan membangun industrialisasi penanganan sampah melalui pemanfaatan teknologi dan peningkatan fasilitas pengolahan sampah yang dikelola secara profesional serta terintegrasi.

Kegiatan Festival HPSN ini dikemas dengan sangat unik dan edukatif, dikarenakan para peserta yang hadir dalam festival ini wajib melakukan pendaftaran dengan cara menukarkan tiket dengan membawa sampah terpilah dalam kondisi bersih dan kering.

Sampah yang masih bernilai ekonomi ini kemudian dikumpulkan di drop box yang telah disediakan.

KLHK dalam hal ini bekerja sama dengan empat sociopreneurship yaitu Octopus, Plastic pay, Eco touch dan E- recycle.

Baca juga: Presiden Jokowi Perlu Evaluasi Kebijakan Food Estate

Sampah yang dapat ditukarkan berupa sampah elektronik, sampah botol PET, baju bekas dan sampah kemasan bekas kosmetik atau skincare.

Selain itu, KLHK juga bekerja sama dengan produsen kemasan seperti Tertrapack (Nutroffod) dan PT. Yakult dalam mengedukasi edukasi pengumpulan sampah kemasan.

Para peserta yang telah mendaftar telah mencapai kurang lebih 550 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, dengan potensi sampah yang dapat dikumpulkan dan terolah mencapai 170,22 kilogram (asumsi setiap sampah yang dibawa 2 kantong sampah). (*)