KADIN Gelar Business Workshop Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam Indonesia untuk Obat Tradisional dan Modern

Peningkatan

Potensi industri farmasi maupun obat tradisional secara jumlah terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Karena itu pemerintah menata kebijakan-kebijakan yang terkait, mulai dari hulu.

Kebijakan percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan dilatarbelakangi oleh Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun menjamin ketersediaan farmasi dan alat kesehatan sebagai upaya peningkatan pelayanan Kesehatan dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional.

Baca juga: Musdhalifah: Industri Sawit Dapat Mendukung Target Penurunan Emisi

Selain itu juga bertujuan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan di dalam negeri dan ekspor, di samping bahwa penguasaan teknologi dan inovasi dalam bidang farmasi dan alat kesehatan dengan tujuan mempercepat kemandirian dan
pengembangan produksi obat atau farmasi nasional.

Sementara Dr. Evi Safitri Iriani, M.Si., Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) yang akan berbicara terkait dengan kekayaan rempah Indonesia serta potensinya sebagai masa depan penghasil obat-obat serta sebagai sarana pengujian
tanaman rempah dan obat di Indonesia.

Indonesia memiliki keragaman biodiversitas terbesar kedua di dunia,10 ribu tanaman potensi untuk Kesehatan termasuk atsiri.

Ada 97 tanaman atsiri potensial, namun baru 25 yang sudah dikembangkan.

Baca juga: Pemerintah Indonesia Hanya Memberi Makan Krisis Iklim Lewat Food Estate

Potensi hasil tanaman dan tumbuhan obat sangat tinggi baik yang dihasilkan melalui sistem budi daya pertanian maupun dari alam.

Minyak atsiri merupakan metabolit sekunder campuran senyawa organic yang mudah menguap yang diperoleh dari bunga, buah, biji, daun, batang atau pun akar tanaman.

Minyak atsiri digunakan terutama untuk wewangian, kesehatan dan kuliner.

Minyak atsiri umumnya memiliki kemampuan sebagaian timicroba, antiviral, antimutagenic, anticancer, antioxidant, antiinflammatory, immunomodulatoryan dan tiprotozoal activities.

Baca juga: Presiden Jokowi Perlu Evaluasi Kebijakan Food Estate

“Oleh karena itu kami menguatkan riset tanaman rempah dan obat untuk mendukung rencana pemerintah terkait dengan kemandirian di bidang obat atau farmasi nasional,” ujar Evi.

Lantas Sari Pramadiyanti, Headof Business Unit Bintang Toedjo Inovasi Natural, yang akan membahas mengenai pemanfaatan jahe merah dalam industri obat-obatan herbal Indonesia.

Dalam pemaparan ini, dia menyampaikan mengenai “Peluang Bisnis Rempah di Indonesia.”

Sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar di dunia, Indonesia sudah tidak diragukan lagi di seluruh dunia.

Baca juga: Mangrove sebagai Solusi Perubahan Iklim Nasional

Komoditas rempah termasuk komoditas yang berperan dalam kontribusi pembangunan ekonomi nasional.

Indonesia berada pada peringkat enam dunia eskportir rempah dengan pangsa pasar 6,03 persen setelah India (pangsa pasar 18,75 persen), Tiongkok (14,25 persen), Vietnam (7,14 persen), Madagaskar (6,47 persen), dan Guatemala (6,37 persen).

Salah satu komoditas unggulan rempah Indoensia dan telah dimanfaatkan oleh PT. Bintang Toedje adalah jahe merah.

Bintang Toedjoe merupakan industri farmasi dan obat tradisional yang berpengalaman, yang juga menggunakan rempah yakni jahe merah sebagai bahan unggulan dalam produk jadinya.

Baca juga: Tofan Mahdi: Masa Depan Industri Sawit di Tangan Generasi Muda

“Untuk bisa menjamin daya saing, maka faktor kualitas, biaya, transportasi atau pengiriman menjadi factor penting yang harus dipastikan pemenuhannya,” kata Arianto Mulyadi, Director of Corporate Communication and Sustainabililty Indesso, yang
berbicara terkait dengan rantai nilai astiri yang berkelanjutan pada lingkungan dan sosial.

Indesso mengembangan pola kerja sama antara industri hulu dan hilir. Industri hulu pengolahan minyak atsiri melibatkan petani, penyuling, pengepul dan perusahaan pemasok.

Sebagai penghubung, terdapat offtaker sebagai perusahaan manufaktur atau eksportir.

Sedangkan industri hulu, terhubung dengan perusahaan flavor dan fragrance serta perusahaan Farmasi, aroma terapi, makanan-minuman, komestik dan jalan-jalan.

Baca juga: SMP Astra Agro Lestari Raih Penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri Tahun 2022

Dijelaskan bahwa nilai ekspor tahunan komoditas atsiri mencapai lebih dari US$400 juta, dan Indonesia sebagai pemimpin pasar dunia komoditas minya milam, minyak cengkeh dan derivatnya, minyak pala, minyak sereh wangi dan lain-lain.

Komodit asatsiri juga membantu pengembangan hidupnya industri kecil penyulingan tradisional.

Saat ini yang tergabung dengan Indesso menyampaikan sejumlah undanngan 3000 tersebar di seluruh Indonesia.

Selain itu ternyata mintak dapat dari tanaman budi daya maupun bukan budi daya (wild collection).

Baca juga: Astra Agro Kampanyekan Kebaikan Kelapa Sawit pada Para Siswa Sekolah Dasar

Setiap IKM menghidupi puluhan hingga ratusan petani sehingga diperkirakan ada lebih dari 200 ribu petani terkait dengan komoditas atsiri. (*)